seni-budaya

SD Muhammadiyah Suronatan Lestarikan Budaya, Ada Dendang Cublak-cublak Suweng

Kamis, 29 Agustus 2024 | 19:50 WIB
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta M Slamet Riyanto SPd MPd memberi motivasi kepada para siswa saat pementasan momentum Hari Kamis Pon. (Foto: Surya Adi Lesmana)

Krjogja.com - YOGYA -

Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudel
Pak empong lera lere
Sapa ngguyu ndhelikkake
Sir sir, pong dhele kopong..

Tembang Cublak-cublak Suweng yang dikenal sebagai lagu iringan permainan atau dolanan anak di kalangan masyarakat Jawa, serempak dinyanyikan siswa-siswi Kelas 1 SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta.

Mereka kompak unjuk kebolehan secara kolosal pada event pementasan Hari Kamis Pon di halaman sekolah, Kamis (29/8/2024).

Baca Juga: Cerita Hasto Wardoyo Mau 'Turun Tahta' Jadi Calon Walikota Yogyakarta, Begini Katanya

Siswa kelas 1 yang terdiri dari tiga rombongan belajar, tampil pertama sebagai pembuka dan dilanjut para kakak kelas mereka dari Kelas 2 hingga Kelas 6.

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta M Slamet Riyanto SPd MPd menyampaikan bahwa melestarikan tradisi dan selalu menjaga unggah-ungguh adalah hal penting. Karena itu, unggah-ungguh menjadi tema yang diangkat pada pementasan kali ini.

Sedangkan wujud nguri-uri budaya, bagi keluarga besar SD Muhammadiyah Suronatan diterapkan diantaranya dengan mengenakan busana gagrak adat Yogya setiap Kamis Pon.

Saat memberikan motivasinya, Slamet juga mengundang seorang siswa ke depan untuk dijadikan contoh bagaimana menjaga unggah-unggah utamanya kepada orangtua.

Baca Juga: 'Bau' dan Entrepeneurship

"Ayo berikan contoh bagaimana jika bertemu dengan orangtua," kata Slamet kepada siswa yang diundangnya ke depan. Siswa yang diundangnya tersebut langsung memberikan contoh salam takzim kepada Kepala Sekolah.

Sementara, pementasan ini sendiri dilakukan bersamaan saat momentum para siswa terjadwal menggunakan busana gagrak adat Yogya. Busana tersebut, saat ini dikenakan setiap hari Kamis Pon bagi para siswa di DIY dan para pegawai negeri sipil (ASN).

Seperti diketahui, penggunaan kostum adat Gagrak Yogya sebelumnya dilakukan pada Kamis Pahing dan disesuaikan dengan Kamis Pon.

Melalui Raperda Hari Jadi DIY, diusulkan bahwa hari jadi DIY jatuh pada 13 Maret 1755 karena berdasarkan uji akademis dan sejarah yang dilakukan diketahui bahwa satu bulan setelah perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan HB II mendeklarasikan berdirinya Nagari Ngayogyakarta.

Halaman:

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB