KRjogja.com - KATA “bau” sekarang lagi ramai di medsos, terutama setelah ada cuitan dari seorang influencer terhadap salah satu keluarga pejabat publik. Membaca judul pada tulisan ini, kata “bau” dan” entrepreneurship seolah tidak “nyambung”. Apa hubungannya sehingga kata bau disandingkan dengan kata entrepreneurship. Korelasi dua kata ini terkesan dipaksakan karena mengikuti apa yang sedang viral di masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa apapun itu entah kata, kalimat, perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pejabat publik yang sedang viral di masyarakat menjadi isu yang hangat dibicarakan.
Terlepas hal benar atau tidak benarnya isu “bau” terkait dengan kondisi sebenarnya, tulisan ini tidak hendak menyoroti soal bau dan relasinya terkait perpolitikan terkini. Namun tulisan ini difokuskan pada peluang usaha terkait mengelola “bau” yang masih sangat besar untuk dikembangkan sebagai seorang entrepreneur dengan menggunakan jurus kreatifitas dan inovasi.
“Bau” dan “Ambu-ambuan”
Menurut KBBI, “Bau” adalah suatu jenis kata benda, yang berarti apa yang dapat ditangkap oleh indra pencium. Sedangkan, menurut bahasa daerah, bahasa Jawa, kata “Bau” dikenal dengan istilah “ambu-ambuan”. Setidaknya 15 kata (babad.id) yang mendiskripsikan ragam “ambu-ambuan”, yakni:
1)tengik, bau ini untuk menggambarkan bau ampas/parutan kelapa busuk;
2)penguk, bau ini untuk menyebutkan bau beras lawas/sudah terlalu lama;
3)badheg, bau ini untuk menyatakan bau bangkai hewan;
4)amis, bau ini berkaitan dengan bau ikan atau daging mentah yang kurang segar;
5)arum, ini adalah jenis bau bunga “arum dalu” yang biasanya merujuk pada bau bunga-bunga yang wanginya menusuk hidung;
6)apek, bau ini merujuk pada bau keringat tubuh;
7)sengak, bau ini berasal dari kandang ayam;
8)wangi, bau ini mengambarkan bau bunag yang ramah di hidung;
9)sumegrak, bau ini muncul karena seseorang sedang menggoreng sambal atau bumbu-bumbuan goreng yang menyebabkan orang menjadi bersin atau batuk ketika mencium bau ini;
10)sengir, jenis bau ini barasal dari bau bebakaran kemenyan;
11)pesing, jenis bau ini berasal dari bau pipis atau ompol orang maupun hewan;
12)banger, bau ini berasal dari ceceran pembuangan limbah rumah tangga/industri;
13)langu, jenis bau muncul dari sejenis tkus clurut atau jenis-bau-bauan yang tidak ramah di hidung;
14)prengus, adalah jenis bau yang muncul dari bau hewan kambing;
15)sumentung, adalah jenis bau ini berasal dari kotoran sapi/tlethong.
Apapun rasa bebauan tersebut baik yang ramah atau tidak ramah di hidung, merupakan salah satu aspek penting dalam pengalaman manusia. Bau dapat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari kesehatan hingga kenyamanan sehari-hari. Bau yang tidak sedap, misalnya, dapat mempengaruhi suasana hati dan bahkan dapat menurunkan produktivitas.
Peluang Usaha
Dalam rangka mengatasi atau mengurangi bau tidak sedap tersebut, dalam dunia riset akademis dan industri telah banyak berkreasi dan inovatif dalam memproduksi beragam parfum yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan masyarakat. Bagi seorang entrepreneur, usaha di bidang mengelola “bau-bauan” bisa mendatangkan cuan. Dalam konteks bisnis, memahami bau dan aroma bisa menjadi peluang. Misalnya, di industri parfum, produk kebersihan, atau bahkan dalam desain interior, bau yang menyenangkan bisa meningkatkan pengalaman pelanggan dan menciptakan nilai tambah.
Permasalahan bau-bauan yang kurang sedap dapat diubah menjadi perbauan yang sedap dan menyenangkan salah satunya melalui penggunaan parfum. Banyak manfaat yang dirasakan ketika menggunakan parfum, yakni dapat meningkatkan suasana hati dan berdampak positif untuk meningkatkan produksitivitas. Bagi sebagian orang, parfum dipandang sebagai simbol gaya hidup dan bukan hanya sebagai pengharum.
Potensi pasar parfum di Indonesia dan di seluruh dunia berkembang dengan cepat, mencapai triliunan rupiah setiap tahun. Menurut Stefani (Indonesia.go.id, 2024) "Tren Tokopedia selama 2023 pascapandemi menunjukkan lonjakan penjualan produk parfum dan reed diffuser yang signifikan. Penjualan parfum meningkat lebih dari dua kali lipat, sementara reed diffuser meningkat lebih dari 13 kali lipat".
Akhir kata, bagi para entrepreneur, “bau” bisa mendatangkan peluang bisnis untuk mencapai mimpi.(Rustiana, SE., M.Si., Ph.D, Dosen Entrepreneurship dan akuntansi di FBE - Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjabat international class coordinator, FBE UAJY)