Ilmu Dekave

Photo Author
- Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB
Dr. Sumbo Tinarbuko
Dr. Sumbo Tinarbuko

 

KRjogja.com - PESATNYA perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menempatkan Desain Komunikasi Visual (Dekave) sebagai disiplin ilmu baru. Keberadaannya melengkapi dekapan hangat ilmu desain, ilmu komunikasi dan ilmu visual. Kolaborasi itu menjadi soko guru bagi gaya hidup baru masyarakat kontemporer.

Pada era budaya digital, dekave tidak sekadar dipandang sebagai praktik estetika semata. Mengapa? Karena eksistensi ilmu dekave bagaikan malaikat pewarta gembira. Ia mengemban tugas sosial guna memecahkan masalah komunikasi visual yang dihadapi siapapun.

Ia juga menjalankan tugas sosial lainnya sebagai problem solver dengan mempersembahkan solusi ciamik. Seperti apa solusinya? Diejawantahkan lewat proses strategi kreatif yang dikemas dalam balutan ilmu semiotika komunikasi visual. Apa kegunaannya? Tentu saja untuk memintal sekaligus menenun pesan verbal dan pesan visual yang didedikasikan kepada target sasaran.

Demi mencapai tujuan mulia itu, kehadiran ilmu dekave harus ditopang asupan makanan bergizi. Jenis gastronomi bergizi yang sangat dirindukan ilmu dekave agar terlepas dari kutukan rasa lapar dan dahaga. Berupa literatur dan ilmu bantu lainnya yang relevan. Hal ini penting diusahakan agar dapat dihubungkan ikatan kolaborasi antar literatur yang terintegrasi dan kontekstual.

Apa tugas sang literatur? Wajib memayungi kehebatan kerjasama antara ilmu desain, ilmu komunikasi dan ilmu visual. Secara politis, ia menjadi pendamping untuk hal-hal bersifat filosofis, strategis dan praktis. Ketiganya bagaikan taji runcing ayam jago yang mampu menyelesaikan masalah komunikasi visual.

Jujur harus diakui, sejatinya ilmu dekave dibangun untuk melunaskan rasa lapar dan dahaga atas karya dekave yang komunikatif, solutif, dan unik. Terpenting, eksekusi dan tampilan visualnya senantiasa mengedepankan unsur novelties.

Karena itulah, jejak digital serta publikasi digital maupun tercetak menjadi relevan. Sebab ia berfungsi sebagai teks rujukan kontekstual. Ditujukan kepada siapa? Dipersembahkan sebagai wujud sedekah ilmu dekave bagi akademisi, peneliti, mahasiswa strata satu, magister maupun program doktor. Tidak ketinggalan didedikasikan sebagai bank pengetahuan untuk praktisi profesional yang berfokus pada pengkajian atau perancangan desain.

Ilmu dekave senantiasa menggoreskan lima simpul kajian dekave guna mengekalkan janji ilmu dekave. Apakah itu? Terbaca jelas lewat upaya mengekalkan pergulatan makna pesan verbal visual di antara teks dan konteks berdasarkan kesepakatan bersama. Tidak ketinggalan, hadirnya aksentuasi kumpulan tanda verbal visual dan pesan verbal visual berikut penanda yang ada, menjadi penentunya.

Anatomi ilmu dekave sengaja didesain untuk meneriakkan hakikat karya desain komunikasi visual. Diyakini mengemuka dari hasil proses berpikir kreatif. Semuanya itu didasarkan upaya nontoni (melihat), niteni (mengamati), nambahi (menambahkan). Hal itu diajarkan Ki Hajar Dewantara sebagai modal sosial untuk masuk wilayah tafsir menafsir karya dekave yang terstruktur.

Di antaranya: pertama, pengetahuan dasar dekave. Terdiri layout, komposisi, morfologi bentuk serta spektrum warna. Kedua, semiotika komunikasi visual sebagai roh tafsir visual. Risalah ini mendudukan semiotika sebagai ilmu sekaligus metode analisis tanda dan makna. Ketiga, tipografi. Ilmu tentang bagaimana memilih dan menempatkan huruf untuk disusun menjadi pesan verbal visual.

Keempat, personal branding. Penting bagi orang dekave. Mengapa? Sebab kehadirannya merepresentasikan nilai lebih atas keahlian sang desainer. Juga menjadi petunjuk arah guna menginformasikan aspek diferensiasi desainer. Pun menunjukkan kebermanfaat atas nilai lebih serta kekuatan diferensiasi yang dimiliki desainer.

Kelima, storytelling. Kemunculannya menjadi gerbong terakhir untuk mengkreasikan pesan verbal visual. Wujudnya berupa narasi verbal visual. Hal itu menarik! Karena storytelling berfungsi sebagai ikat pinggang. Bertugas menyeimbangkan perwujudan pesan verbal visual.

Kelima ikatan literatur ilmu bantu itu diharapkan memberikan sumbangan positif. Ia berperan juga sebagai jembatan penghubung. Secara ideologis bertugas merekatkan unsur kerja konseptual pada karya dekave. Tentu dalam konteks rezim desain modern: form follows function. (Dr Sumbo Tinarbuko, Pemerhati Budaya Visual dan Dosen Komunikasi Visual FSRD ISI Yogyakarta)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X