Krjogja.com - BPMP DIY pada Rabu hingga Jumat (17-19/12) mendapat banyak tamu istimewa, dengan menjadi ajang Rakernas Tamansiswa. Tentu saja pada kegiatan ini hadir tokoh-tokoh pendidikan jajaran pimpinan Majelis Luhur Tamansiswa. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Bapak Abdul Mu’ti dijadwalkan akan hadir pada salah satu mata acara di Rakernas ini.
Sebagai warga BPMP DIY, saya menghaturkan sugeng rawuh kagem seluruh sedherek Tamansiswa dan Pak Mendikdasmen, serta mendoakan Rakernas Tamansiswa berjalan lancar penuh manfaat khususnya bagi dunia pendidikan. Saya memandang Rakernas Tamansiswa merupakan ruang strategis untuk meneguhkan kembali arah pendidikan karakter bangsa menuju manusia Indonesia unggul sebagaimana dambaan Ki Hadjar Dewantara.
Mengintip laman tamansiswapusat.com Rakernas Tamansiswa akan membahas Zelfbedruiping dengan Asah, Asih, Asuh. Dalam laman itu, Panitera Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Ki Saur Panjaitan XIII, menjelaskan “Asah Asih Asuh”, mengandung makna bahwa proses Pendidikan harus meliputi pengembangan aspek intelektual (asah), pembinaan hubungan emosional dan afektif melalui kasih sayang (asih), serta pemberian bimbingan, arahan, dan perlindungan yang tepat (asuh).
Nilai-nilai “Asah Asih Asuh” menurut Ki Saur berperan dalam aspek pembentukan karakter dan pemanusiaan dalam proses pembelajaran. Relevansi konsep ini semakin nyata pada era modern, ketika pendidikan tidak hanya dituntut untuk mencerdaskan, tetapi juga membentuk manusia yang berkepribadian luhur dan memiliki kepekaan sosial.
Pada Bulan Mei 2025 (tanggalnya saya lupa), BPMP DIY menyelenggarakan webinar dengan tema Penguatan Karakter Melalui Pencak Silat. Narasumbernya Bu Titik Muti’ah, MA, Ph.D , saat itu beliau Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST).
Bu Titik kami aturi sebagai narasumber selain karena beliau ahli psikologi, juga semasa mudanya adalah salah satu pesilat putri terbaik di Indonesia. Saat ini-pun beliau masih berinteraksi dengan dunia pencak silat dalam tingkat pendekar utama di Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Webinar kala itu sebagai salah satu kegiatan pendukung menjelang BPMP DIY menyelenggarakan Kejurnas Pencak Silat Pelajar Ki Hajar Dewantara CUP 2025, yang digelar dalam rangka semarak Hardiknas. Mengawali paparan materinya, Bu Titik dalam sebuah slide mengupas tentang pendidikan karakter bangsa untuk mengantarkan manusia unggul Indonesia sesuai yang didambakan Ki Hajar Dewantara.
Sebagai guru/dosen di Perguruan Tamansiswa, Bu Titik memahami pendidikan karakter bangsa sebagai ruh pendidikan sebagaimana diajarkan Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan bertujuan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dalam penjelasannya, beliau menegaskan bahwa pendidikan karakter bangsa adalah proses restorasi, dengan mengembalikan jati diri bangsa Indonesia melalui pengelolaan sumber daya alam, manusia, dan budaya secara beradab, berkeadilan, dan berkelanjutan. Maka pendidikan seharusnya berperan strategis untuk membentuk manusia yang tidak hanya cerdas pikirannya, tetapi juga luhur budinya dan terampil tindakannya.
Hari-hari ini kita menyaksikan, tindakan oknum manusia Indonesia yang tidak mengelola sumber daya alam secara beradab, mengakibatkan penderitaan saudaranya di Sumatra dengan musibah banjir bandang. Mungkin bos-bos yang membabat hutan itu orang cerdas, tapi tidak luhur budinya, walhasil kedzaliman mewarnai tindakannya.
Ki Hadjar Dewantara dalam penjelasan Pendekar Titik, menempatkan pendidikan dalam Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya harus bersinergi dalam jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan tidak boleh terputus dari kehidupan nyata. Anak belajar dari teladan orang tua, pamong, dan lingkungan sosialnya. Karena itu, pendidikan karakter bukan diajarkan, melainkan dihidupkan.
Maka Pak Mendikdasmen-pun kini getol mengusung program prioritas tujuh pembiasaan anak Indonesia hebat. Penerapannya bisa berhasil apabila didukung keluarga dan masyarakat. Sekolah tidak mampu mengimplementasikan sendirian, tanpa peran pusat pendidikan yang lain.
Prinsip educate the head, the heart, and the hand menjadi landasan utama. Dalam ajaran Tamansiswa dikenal sebagai Trisakti Jiwa, cipta rasa karsa. Cipta (olah pikir) membangun pengetahuan dan nalar kritis (moral knowing),rasa (olah rasa) menumbuhkan empati, nurani, dan kehalusan budi (moral feeling), sedangkan karsa (olah kehendak) melatih keberanian bertindak benar dan berkarya nyata (moral action).
Pendidikan karakter berakar pada budi pekerti yang menyeimbangkan faktor kodrati (genetik dan psikomotorik) dengan tantangan zaman, seperti lingkungan, kecerdasan buatan, dan teknologi informasi. Maka Bu Titik mengungkapkan Manusia Indonesia unggul bukan hanya adaptif terhadap kemajuan, namun tetap berkepribadian dan berbudaya.