seni-budaya

Paradance#35, Taufiqur Rohman Usung 'Aku dan Tentara'

Senin, 28 April 2025 | 12:30 WIB
Paradance#35, karya Taufiqur Rohman 'Aku dan Tentara' (Foto: risbika putri)

KRJogja.com - SLEMAN - Sebanyak 5 koreografer muda menampilkan karya-karya mereka dalam festival tari Paradance#35. Paradance Festival Mini Seni Gerak dan Tari adalah ruang presentasi bagi karya-karya pendek oleh koreografer muda baik dari Yogyakarta maupun kota-kota lain di Indonesia.

Direktur Artistik sekaligus inisiator Paradance, Nia Agustina menjelaskan festival tari ini telah berlangsung sejak 2014. Paradance saat ini adalah yang ke 35.

Baca Juga: Bulutangkis Beregu Campuran Piala Sudirman, Regu Indonesia Bantai Inggris 5-0

"Satu tahun itu biasanya kita 3-4 kali. Dalam kurasi, kita pilih 5 sampai maksimal 7. Karena cuma satu malam jadi kita bilang festival mini. Tapi kalau sekarang sebenarnya paradance itu programnya banyak. Ada residensi, workshop, camp, hingga publikasi buku," kata Nia di Balai Budaya Minomartani (27/4/25).

Taufiqur menggandeng Hanif Joaniko dan Raden Bagus sebagai performer, Taufiqur mampu membawa ingatan penonton ke masa lampau.

"Saya membawakan karya Tentang Aku dan Tentara. Menceritakan ingatan saya ketika kecil bagaimana ternyata saya pernah bercita-cita menjadi tentara, namun karena kecelakaan kaki terbakar, tidak jadi," ujarnya.

Baca Juga: Cerita Mayday: Seruan Darurat dan Simbol Perjuangan Buruh

Taufiqur menjelaskan karya ini jadi sebuah pertunjukan yang menggambarkan perspektif terhadap tentara, berdasarkan fragmen ingatan.

"Dulu, di desa saya, tentara itu dipandang sebagai sosok yang patriotis penuh dengan patriotis kepahlawanan. Saya mengimajinasikannya ketika kecil senjata itu simbol kepahlawan tapi ternyata dewasa ini perspektif itu berubah, " katanya.

Lanjutnya, masih banyak petani rela menjual tanah mereka untuk anaknya bisa menjadi tentara atau polisi. Mungkin bisa dikatakan mereka tidak percaya bahwa profesi petani juga menjanjikan.

"Sebuah pengorbanan besar yang penuh risiko dan sering tak sepadan dengan hasilnya. Tak tahu apa yang mereka harapkan, sehingga mengorbankan tanah yang menghidupi, seakan tidak percaya bahwa profesi petani yang menghidupi mereka dan keluarganya tidak cukup punya masa depan yang cerah," tandasnya.

Peserta terbuka bagi semua kalangan muda baik dari segi usia maupun segi karir koreografinya. Kali ini menampilkan karya para koreografer muda yaitu Muhamad Rafika Safrio (Tanjung Pinang), Mega Galuh (Semarang), Darryl Haryanto (Bekasi), lfirahma (Pacitan) dan Taufiqur Rohman (Yogyakarta). (*3)

 

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB