KRjogja.com - YOGYA - Suasana di Auditorium Gedung Poerbatjaraka, Jumat (19/9/2025) malam berbeda. Acara Gugur Gunung 14, memperingati ulang tahun ke 76 Prodi Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada digelar sangat khidmat dan menyentuh.
Dikemas sederhana dengan sentuhan anak muda, acara yang sangat kental budaya Jawa itu menarik untuk dinikmati. Mulai Kedhuk Tumpeng, Penampilan Tari Klasik Sekar Pudyastuti, Paduan Suara Mahasiswa Osaka University serta Tari Kreasi Baru Andhira begitu apik dibalut layaknya pagelaran seni profesional yang diperankan aktor dan artis.
“Gugur Gunung 14 ini adalah acara tahunan yang diadakan untuk memperingati ulang tahun Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, FIB UGM. Dalam acara ini, mahasiswa program studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa berkolaborasi untuk menghadirkan beragam kebudayaan Nusantara, khususnya kebudayaaan Jawa,” ungkap Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Prof. Dr. Setiadi, S.Sos., M.Si.
Baca Juga: Istri Ketujuh Soekarno, Yurike Sanger Meninggal Dunia di California
Sementara itu Kaprodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Dr. Daru Winarti, M.Hum menyatakan acara ini merupakan simbol usaha bersama untuk menyelesaikan masalah, atau yang kita kenal dengan gotong royong, Ini meruakan perwujudan dari sosiokultural masyarakat Jawa yang menjunjung patembayatan, yakni saling hidup berdampingan dengan penuh rukun dan harmoni.
“Acara ini namanya Gugur Gunung. Kami sengaja memilih nama Gugur Gunung, karena dalam bahasa Jawa, gugur gunung adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Nah, kami menamakan "Gugur Gunung" dengan harapan agar kami bisa kompak, saling bekerjasama, bersatu, melaksanakan kegiatan ini,” ungkap Kaprodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Dr. Daru Winarti, M.Hum.
Beragam penampilan di Gugur Gunung yang merupakan kesenian atau pergelaran yang menjadi ruang bagi mahasiswa mampu mengekspresikan dan mengkomunikasikan masalah-masalah sosial melalui elemen seni-seni yang ada melalui seni teater, seni rupa, dan apapun yang tidak terikat dengan ruangan dan hal yang bersifat normatif.
Baca Juga: Perkuat Perlindungan Pekerja, BPJS Ketenagakerjaan Yogyakarta Beri Santunan di Ajang Local Wonder
“Kegiatan 'Gugur Gunung' ini sebenarnya sudah cukup lama. Sejak tahun 2000 an. Memang sempat berhenti cukup lama juga. Dan mulai lagi sejak tahun 2013 an. Sampai sekarang. Acaranya setiap tahun selalu berganti-ganti. Tahun-tahun sebelumnya ada ketoprak wayang gedhog lakon Panji Kudanarawangsa, kemudian jathilan serta ragam budaya lain. Tahun ini berbeda,” imbuh Daru Winarti.
Momen yang menjadi perhatian utama dalam kegiatan ini adalah pementasan Drama Tari 'Adisari: Cahaya Kasih di Balik Penaklukan', serta pelepasan purna tugas Dr Sri Ratna Saktimulya M.Hum. Suasana haru sekaligus bangga tampak dalam pelepasan salah satu dosen senior di FIB UGM ini. Hadir khusus dalam acara pelepasan dan pementasan drama tari ini Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Paku Alam atau lebih sering dikenal dengan sapaan Gusti Putri.
Adisari: Cahaya Kasih di Balik Penaklukan, ceitanya diambil dari manuskrip kuna berjudul Babad Mentawis yang ditulis pada masa Paku Alam I (1812-1829), di Bulan September 1815, di ndalem Suryaningratan, Pakualaman Yogyakarta. Selanjutnya atas Prakarsa Paku Alam II (bertahta 1830-1858) teks disalin, diperkuat dengan menghadirkan aneka gambar pemertinggi kesan atas halaman naskah yang dikenal sebagai iluminasi, ditorehkan dalam pola wedana renggan, wedana gapura renggan, rerenggan, pepadan dan rubrikasi.(*)