Krjogja.com - YOGYA - Perginya maestro seni lukis Indonesia, Djoko Pekik menjadi kabar duka bagi para seniman hingga kalangan akademisi. Mengingat yang pergi merupakan sosok panutan.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Prof Dr Timbul Raharjo mengungkap kenapa sang maestro Djoko Pekik jadi tokoh panutan. "Beliau adalah panutan bagi para pelukis muda dengan kegigihan dan dedikasinya. Beliau dikenal santun dan tidak pandang siapa yang diajak bicara pelukis muda maupun tua bahkan yang baru mencari jadi diri sebagai pelukis," ungkap Rektor ISI Yogyakarta, Prof Timbul Raharjo kepada KRJogja.com, Sabtu (12/8/2023).
Diungkapkan Rektor ISI Yogyakarta, Prof Timbul Raharjo, Djoko Pekik dikenal tidak pelit ilmu dalam melukis. Terlebih, dalam proses melukis dilakoni dalam suka duka dari masa orde baru sampai saat ini penuh liku dan dijalani dengan penuh dedikasi.
Baca Juga: Cerita Putra Djoko Pekik, Sengaja Bawa Jenazah Lewati Malioboro dan Rumah Lama
Namun akhirnya, cobaan yang dialami Djoko Pekik membawa ketenarannya setelah beberapa lukisannya mengagetkan apresiator dengan melukis berobjek celeng yang kemudian membawa dia dikenal di lingkungan kolektor.
"Kita merasa sedih kehilangan beliau, semoga damai disisiNya," ujar Prof Timbul.
Ia menimba ilmu di Akademi Seni Rupa Indonesia pada 1957-1962 yang menjadi cikal bakal ISI Yogyakarta.
Baca Juga: Butet Kenang Djoko Pekik, Terakhir Berjumpa di Omah Petroek
Djoko Pekik dikenal luas pada 1998 saat sebuah lukisan berjudul Berburu Celeng laku terjual senilai Rp 1 miliar. Angka tersebut begitu besar pada tahun tersebut dan masih menjadi fenomenal hingga saat ini.
Djoko Pekik lahir di Purwodadi 2 Januari 1937. Dan meninggal, Sabtu (12/8/2023) di RS Panti Rapih dalam usia 85 tahun.
Jenazahnya dimakamkan, Minggu (13/8/2023) di Pemakaman Seniman, Imogiri, Bantul. Diberangkatkan dari rumah duka, Plataran Djoko Pekik, Sembungan RT 01, Bangunjiwo, Kasihan Bantul, pukul 13.00 WIB. (Jon)