BANDUNG, KRJOGJA.com - Pesawat udara nir awak (PUNA) jenis 'Medium Altitude Long Endurance (MALE), yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam, merupakan wahana yang sangat diperlukan untuk membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara, yang sangat efisien dan mengurangi kehilangan jiwa (tanpa pilot).
Tahun 2019 dimulai tahap 'manufacturing' yang diawali oleh proses 'design structure', perhitungan 'Finite Element Method', pembuatan gambar 3D, dan detail drawing 2D yang dikerjakan oleh engineers BPPT dan disupervisi oleh PT Dirgantara Indonesia.Â
Hammam Riza, Kepala BPPT di Bandung Senin (29/12 2019) yang mewakili Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menyampaikan apresiasi Menristek Bambang atas hasil ini.
Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien terus bertambah seiring dengan meningkatnya ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging' dan 'illegal fishing'.ujarnya.
Inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Balitbang Kemhan sejak tahun 2015 dengan melibatkan TNI, Dirjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia. Dimana disepakatinya rancangan kebutuhan dan tujuan (DR&O) yang akan dioperasikan oleh TNI khususnya TNI AU.Â
Proses perancangan dimulai dengan kegiatan 'preliminary design, basic design' dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil uji nya di tahun 2016 dan tahun 2018 di BPPT, serta pembuatan 'engineering document and drawing' tahun 2017, dengan anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT.Â
Pada tahun 2017 telah terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) dengan anggota yang terdiri dari Kementerian Pertahanan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia dan PT Len Industri.