KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Peneliti dari Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) menghibahkan 100 unit sensor portabel dan dua unit sensor tanam perangkat early warning system (EWS) longsor ke 11 desa di enam kecamatan rawan longsor di Kabupaten Karanganyar.
Diharapkan, masyarakat di daerah tersebut melakukan tindakan penyelamatan secara cepat dan tepat saat perangkat memberi sinyal bahaya.
“EWS indoor
dipasang di dalam rumah. Tepatnya di retakan dinding. Saat terjadi pergerakan tanah, retakan itu semakin lebar. Nah, alatnya akan mendeteksi dinding merenggang yang memicu sinyal tanda bahaya,†kata dosen fisika sekaligus peneliti FMIPA UNS, Ahmad Marzuki kepada wartawan di Balai Desa Koripan, Katesih, Kamis (7/11).
EWS yang ditempel di dinding itu berbentuk kotak berisi rangkaian panel. Ditenagai baterai kering, mampu bertahan hingga dua tahun. Tinggi atau rendahnya bunyi EWS menandai kekuatan pergerakan tanah. Di balai Desa Koripan, para peneliti menjelaskan cara kerja EWS dan penggunaannya. Dalam kesempatan itu hadir pemerintah desa dan ketua RT/RW.
Dekan FMIPA UNS Harjana mengatakan bantuan itu wujud tanggungjawabnya menerima dana penelitian. Wilayah rawan longsor di Karanganyar sengaja dipilih untuk menyalurkan bantuan tersebut.
“Jelas kita ingin berikan manfaat di sekitar UNS dulu. Ke tetangga terdekat di Karanganyar. Kalau sudah cukup, baru ke luar,†katanya.
Adapun dua EWS tanam dipasang di luar ruang. Pemasangannya diperkirakan Januari 2020 ke Desa Tengklik, Tawangmangu dan Desa Koripan, Matesih.
“Sedang proses pengadaan alatnya. Sebab, bukan barang yang murah,†katanya. Â