“Saya cuma ingin Martini bisa seperti anak lainnya, bisa sekolah bisa pintar bisa melanjutkan hidup dengan baik. Karena pendidikan tetap menjadi prioritas utama meski saya tahu Martini memiliki keterbatasan,†ungkap Sugiyarti (40) yang merupakan Ibu Martini.
Dukungan sang Ibu terus mengalir bahkan rela kerja apapun asalkan anak keduanya tersebut bisa bersekolah kembali. Sugiyarti yang bersama suami dan anak-anaknya tinggal di Jalan Arjuna, Wonokarto Kabupaten Wonogiri berjualan angkringan dan menjadi asisten rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Diungkapkan pula oleh Sugiyarti bahwa minimnya informasi tentang pendidikan untuk anak difabel di desa juga sangatlah kurang bahkan tidak ada. Hal tersebut menambah kecemasan Sugiyarti bahwa kesempatan Martini untuk kuliah habislah sudah.Â
“Saya ini cuma sehari-hari jual angkringan, sudah coba tanya kesana kemari apakah anak saya bisa kuliah dan kalaupun bisa dimana tapi hasilnya tidak ada seorangpun yang memberikan informasi. Apapun akan saya lakukan, demi anak saya kuliah,†ujar Sugiyarti dengan wajah yang penuh harap.
“Anak saya terus menanyakan Ibu kapan saya kuliah? Ibu kapan saya kuliah? Ibu kapan saya kuliah? Tapi saya tak bisa menjawab, cuma saya alihkan perhatiannya. Saya tidak tega,†tambah Sugiyarti sembari terisak kecil dan nafas yang sesekali terlihat berat ketika menuturkan keinginan putrinya.
Martini meyakini bahwa Tuhan sejatinya telah menyiapkan segala sesuatu yang terbaik untuknya dan terlebih untuk keluarganya. Setiap hari ia berharap keajaiban-keajabiban itu muncul dalam hidupnya, terutama pendidikan yang dapat ia tempuh dengan keterbatasannya. (Diah Ayu Kusuma W)
Baca Juga :Â