SRAGEN, KRJOGJA.com - Sebanyak 3.310 ibu hamil di Kabupaten Sragen terdeteksi masuk dalam resiko tinggi (risti). Tingginya jumlah ibu hamil berisiko tinggi ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat jumlah ibu meninggal melahirkan sudah mencapai 8 kasus hingga Juni 2017.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Hargiyanto mengungkapkan, berdasarkan data yang dikumpulkan dari semua desa, hingga saat ini jumlah ibu hamil yang terdeteksi masuk risti mencapai 3.310 orang. Mereka tersebar di semua wilayah kecamatan dengan kondisi risiko yang bervariasi.
Menurut Hargiyanto, rata-rata ibu hamil risiko tinggi itu diketahui mengalami hipertensi, gangguan kesehatan, rendah HB, serta berada dalam usia rentan yakni kurang 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. "Semua ibu hamil yang masuk kategori risti sudah ditandai. Jadi ada petugas dari Puskesmas yang menangani dan memeriksa secara rutin," ujarnya di sela menghadiri Peringatan hari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Gedung Kartini Sragen, Kamis (3/8/2017).
Salah satu dokter spesialis kandungan Sragen, dr Rusbandi yang memberikan materi seminar HUT IBI menyampaikan, kasus kematian ibu melahirkan di Sragen saat ini tertinggi di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi seluruh tenaga medis di Sragen untuk dapat menekan angka kematian ibu melahirkan tersebut.
Sementara, Ketua IBI Cabang Sragen, Damai Tatag Prabawanto menyampaikan saat ini jumlah bidan di Sragen mencapai 1.068 dengan 829 diantaranya sudah berKTA. Terkait target Pemkab Sragen menekan angka kematian ibu (AKI) di bawah 10 kasus pertahun, pihaknya sudah menggerakkan semua bidan untuk menjalankan program guyub rukun nginceng wong meteng dengan memberikan pendampingan dan pemeriksaan rutin semua ibu hamil hingga melahirkan.
"Tapi tentu semua pihak harus ikut mendukung. Keluarga, suami dan tokoh masyarakat juga harus berperan aktif," tegasnya.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengakui hingga semester pertama 2017 ini, sudah ada 8 kasus kematian ibu melahirkan. Padahal target Pemkab dan bupati angka kematian ibu (AKI) tidak boleh lebih dari 10 kasus. Atas kondisi itu, ia meminta kepada bidan sebagai garda terdepan untuk lebih mengintensifkan pengawasan terhadap ibu hamil berisiko tinggi di wilayah masing-masing.
Tidak hanya itu, Yuni meminta tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat dan kepala desa, termasuk suami, juga diharapkan ikut terlibat aktif memperhatikan kondisi ibu hamil di sekitarnya. "Semua harus waspada. Keluarga, utamanya bapak-bapak juga harus ikut tanggungjawab. Minimal diperiksakan secara rutin. Kami minta komunikasi antara bidan dengan dokter pengampu atau spesialis lebih intensif lagi," tandasnya.