KARANGANYAR (KRjogja.com) - Puluhan botol minuman keras (miras) oplosan dan bir berbagai merek disita aparat Satpol PP dari sebuah warung makan di wilayah Kelurahan Lalung, Karanganyar Kota. Dalam operasi penegakan hukum dan penciptaan kondisi tersebut dikukut pula anak-anak jalanan.
Kepala Kantor Satpol PP Karanganyar Kurniadi Maulato kepada wartawan di kantornya, Rabu (2/11/2016) mengatakan penjual miras berinisial S dijadikan tersangka dan bakal menjalani sidang tindak pidana ringan (tipiring) di Pengadilan Negeri (PN) Karanganyar pada Kamis (10/11). Barang bukti berupa 37 botol miras dan 16 botol bir diamankan di kantor Satpol PP.
"Awalnya aduan dari masyarakat kemudian kami tindak lanjuti. Warung itu sekadar kamuflase saja. Ternyata kardus berisi miras sampai disimpan di plafon atap warung," jelasnya.
Kepada petugas, pemilik warung asal Polokarto beralasan miras tersebut hanya titipan ke pelanggan terbatas. Ia mengaku belum lama berjualan minuman keras. Dalam operasi yang berlangsung Selasa (1/11/2016), petugas juga mengamankan enam anak jalanan dua diantaranya remaja putri. Warga asal Jawa Timur berusia belasan tahun ini nongkrong di bekas gedung PN di Kebakkramat.
"Warga yang resah melapor ke Satpol PP. Anak jalanan itu asal Jatim yang bukan kali pertama diamankan aparat. Setelah dibina di kantor, kemudian disuruh pulang ke kampungnya," jelasnya.
Terkait operasi penegakan hukum dan cipta kondisi, Satpol PP rutin melakukannya tiga kali sehari. Sasaran utama pelajar membolos, anak jalanan dan PGOT hingga penyakit masyarakat. Adapun lokasi rutin penertiban seperti di Pasar Sabtu, Car Free Day (CFD), Palur, Papahan, simpang tiga Sroyo, dan Alun-alun Kota hingga Taman Pancasila.
Kurniadi tak menampik operasi penertiban PGOT kurang efektif mengurangi praktik meresahkan itu. Mayoritas hasil tangkapan berusia lanjut sehingga menyulitkan Dinas Sosial dalam rangka pembinaan.
"Balai Rebsos di Tawangmangu dengan jenis pelatihannya bagi kalangan produktif, tidak sesuai bagi PGOT manula. Tidak semua anak jalanan juga cocok ke sana. Misalnya anak jalanan kemarin yang minta diberi pelatihan musik atau sablon. Tapi di Balai Rebsos tidak menyediakan peralatan itu," katanya. (R-10)