KARANGANYAR (KRjogja.com) - Jalur selatan Kabupaten Karanganyar di rute Beruk-Wonokeling, Jatiyoso, dibayangi longsor tebing. Di beberapa lokasi wilayah tersebut, infrastruktur perhubungan darat juga terancam ambrol.
“Di Beruk-Wonokeling, tebingnya terlalu tinggi. Ini merupakan satu-satunya jalur. Jika longsor, akses bakal benar-benar terputus di Jatiyoso,†kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) DPU Wilayah Selatan, Sugeng kepada wartawan, Senin (3/10).
Bahkan, ruas jalan tersebut nyaris terputus di Dusun Kalimo, Desa Wonorejo akibat longsor di sebagian badan jalan pada 2014 silam. Belum adanya perbaikan infrastruktur sampai sekarang diperparah kondisi kurang layak jalur alternatif di gang-gang kampung. Selain licin, lebarnya juga tidak memadai untuk simpangan kendaraan roda empat.
Sedangkan kondisi pascalongsor Bukit Tasin, pemasangan jembatan Jengglong yang menghubungkan warga Wonorejo ke Desa Beruk menyisakan rasa waswas. Konstruksinya diragukan mampu menahan material banjir jika bukit di atasnya kembali longsor.
“Jembatan itu bukan pengadaan Pemkab. Setahu saya bantuan pihak ketiga yang bekerjasama dengan warga. Dengan panjang 20 meter, lebar 3 meter dan tebal besi rangka 10 sentimeter relatif mampu mengakomodir kendaraan bermotor biasa. Namun tidak untuk kendaraan berat. Yang paling mengkhawatirkan itu tiang pancangnya,†katanya.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini Pemkab tengah membangun infrastruktur jalan dan pertanian di wilayah selatan. Yakni pelebaran dan peningkatan kelas jalan Tlobo-Wonorejo sepanjang 5,5 kilometer dan Beruk-Wonokeling berukuran 5 kilometer serta bendung Tedunan, Desa Kadipiro, Jumapolo. Problem muncul ketika mobilitas material terhalang medan.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Karanganyar, Nugroho menjelaskan, lima wilayah kecamatan rawan longsor yang dipicu curah hujan tinggi. Yakni Jatiyoso, Jenawi, Ngargoyoso, Karangpandan dan Matesih. (R-10)