KRJogja.com - SUKOHARJO - Petani harus menanggung risiko sendiri kekurangan air pada saat musim tanam III (MT III) apabila tetap memaksakan menanam padi. Sebab pada periode MT III tersebut kondisi kering dampak kemarau.
Petani hanya bisa mengandalkan suplai air dari aliran Dam Colo Nguter yang pada tahun 2024 ini mencatat sejarah dibuka setahun penuh tanpa ada penutupan pemeliharaan.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) Maryadi Utama, Minggu (1/9) mengatakan, BBWSBS sudah memenuhi permintaan petani dengan tetap mengalirkan air dari Dam Colo Nguter dan tidak melakukan penutupan pintu air untuk pemeliharaan rutin yang direncanakan sebelumnya pada 10 September 2024. Hal tersebut dilakukan sesuai tuntutan petani agar tanam padi pada MT II tetap bisa mendapat air dan panen.
BBWSBS juga memenuhi permintaan petani dengan tidak melakukan penutupan pintu air Dam Colo Nguter setiap 1 Oktober untuk pemeliharaan rutin tahunan. Jadwal tersebut dirubah pada saat musim hujan agar pasokan air dari Dam Colo Nguter pada periode Oktober atau bersamaan dengan musim kemarau tetap bisa mengalir ke sawah petani.
Seperti diketahui setiap tahun BBWSBS melakukan penutupan pintu air Dam Colo Nguter selama satu bulan untuk pemeliharaan rutin tahunan pada 1 Oktober. Namun pada tahun 2024 jadwal tersebut rencana maju menjadi 10 September. Tapi rencana penutupan tersebut batal setelah diprotes petani.
"Pintu air Dam Colo Nguter tetap dibuka sepanjang tahun 2024 sesuai permintaan petani bisa panen padi MT II. Sedangkan untuk MT III apabila petani nekat menanam padi maka risiko kekurangan air di tanggung sendiri," ujarnya.
Maryadi Utama menegaskan bahwa, setelah panen MT II dan masuk MT III kondisi cuaca semakin panas. Akibatnya lahan pertanian menjadi kering dampak musim kemarau. Apabila petani tetap menanam padi maka risiko yang ditanggung cukup besar kekurangan air meski Dam Colo Nguter tetap dibuka.
"Debit air Dam Colo Nguter juga dipengaruhi cuaca. Apabila sangat panas maka tentunya stok air terbatas dampak musim kemarau. Petani harus mempertimbangkan menanam padi dan mematuhi pola tanam MT III berupa palawija," lanjutnya.
Maryadi Utama, mengatakan, pengairan pertanian di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri dan Dam Colo Nguter sudah dilakukan pengaturan. Hal ini juga harus dipatuhi petani dengan menerapkan sistem pola tanam yang telah ditentukan. Penerapan tersebut berlaku bagi semua petani yang mengandalkan air dari dua sumber pengairan tersebut.
Sistem pola tanam yang diterapkan yakni dua kali padi dan sekali palawija. Dua kali tanam padi diterapkan saat musim hujan sehingga petani mudah mendapatkan air. Sedangkan sekali tanam palawija dilakukan saat musim kemarau. Kondisi cuaca panas dan sulitnya air diharapkan dipatuhi petani dengan menanam tanaman palawija dan tidak memaksakan diri menanam padi.
"Kondisi cuaca sekarang sangat berpengaruh pada tanaman. Petani diminta mematuhi sistem pola tanam. Artinya disaat cuaca panas musim kemarau tidak memaksakan menanam padi dan menyesuaikan dengan tanaman palawija. Dua kali tanam padi dan sekali palawija dalam setahun MT," lanjutnya.
Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur Jigong Sarjanto mengatakan, pihak BBWSBS sudah memenuhi permintaan petani dengan tetap membuka pintu air Dam Colo Nguter sepanjang tahun 2024 tanpa ada penutupan agar tanaman padi pada MT II tetap bisa panen. Namun demikian, petani juga diminta menanggung risiko sendiri pada saat MT III apabila tetap nekad menanam padi. Sebab kondisi sekarang dan bulan selanjutnya kondisi kering dampak cuaca panas musim kemarau.
"Terpenting sekarang petani panen padi maksimal MT II dengan mendapat suplai air dari Dam Colo Nguter," ujarnya.
Jigong menegaskan, saat MT III nanti petani kebanyakan akan menyesuaikan dengan kondisi baik cuaca dan permodalan yang dimiliki. Pada saat MT III diketahui ada petani tetap menanam padi. Tapi ada juga yang menanam palawija.