Peningkatan volume kendaraan akibat aktivitas pabrik juga dikhawatirkan membahayakan keselamatan warga. "Pengalaman dengan pabrik Blesscon sudah menunjukkan masalah parkir truk yang mengganggu ketertiban dan membahayakan pengguna jalan," beberapa Lia.
Selama ini, lanjutnya, warga sempat menghadiri dua rapat koordinasi dengan Kepala Desa Toyogo, perwakilan PT. Kwong Cheung Moulding, dan notaris. Namun tidak pernah menghasilkan keputusan karena pihak perusahaan belum memberikan jawaban memadai.
Terakhir, pada 26 Juni 2025, warga menerima undangan musyawarah dan sosialisasi pada 1 Juli 2025, tapi arus penolakan tetap kuat.
Sementara itu, Kepala desa (Kades) Toyogo, Suraji menyatakan pihaknya hanya sebagai fasilitator sosialisasi untuk warga. Kegiatan yang digelar di balai desa adalah sosialisasi antara pengusaha dengan warga. Dia juga tidak tahu asal investor tersebut.
"Yang penting saya hanya fasilitasi investor untuk pertemukan dengan warga. Saya nggak tahu," terangnya.
Pihaknya menyampaikan rencana luasan lahan yang akan dijadikan pabrik adalah 8 patok sawah atau sekitar 2,7 hektare. Kades juga mengaku tidak tahu siapa tokoh yang menjembatani pendekatan persetujuan ke warga. "Kalau warga kemudian menolak, ya sudah. Keputusan ada di tangan warga," kata kades. (Sam)