Panen Melon Sragen Melimpah, Terkendala Pemasaran

Photo Author
- Selasa, 11 November 2025 | 21:50 WIB
Petani melon di Desa Jambanan Sragen panen raya tapi terkendala pasar (foto:said masykuri)
Petani melon di Desa Jambanan Sragen panen raya tapi terkendala pasar (foto:said masykuri)

​Krjogja.com - SRAGEN  - Para petani melon di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, mengaku kesulitan menjual hasil panen. Padahal hasil panen melimpah dan berkualitas tinggi atau premium.

Mereka berharap hasil panen bisa dipasok untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya mendukung program ketahanan pangan yang merupakan salah satu program utama Presiden Prabowo Subianto.

Baca Juga: 17 Tim Ramaikan Persaingan Liga Futsal Bantul 2025

​Setidaknya 24 petani dari Kelompok Tani Pemuda Brojodento dan petani lokal lain di Desa Jambanan selama ini telah melakukan inovasi dengan memanfaatkan lahan tidur untuk menanam buah melon jenis sweet hammy dan sweet lavender.

Mereka mendirikan total 11 greenhouse dan menyiapkan lahan open field, yang secara rutin menghasilkan panen, dengan prediksi kapasitas mencapai 2-3 ton melon per minggu.

​Sigit Haryanto (35) perwakilan Kelompok Tani Pemuda Brojodento, kepada wartawan Selasa (11/11/2025) mengungkapkan, melon yang mereka tanam terbagi dalam beberapa grade, mulai grade A dihargai sekitar Rp25.000/kg serta grade B dan C yang harganya sekitar Rp 15.000/kg.

Baca Juga: Rina Iriani Gelar Syukuran Penetapan H.M. Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional

"Jadi kami punya beberapa titik greenhouse khusus ditanami melon premium. Alhamdulillah hasilnya bagus, tapi yang membuat kami bingung, mau dibuang (dipasarkan) ke mana? Kami sulit mencari pasar," keluhnya.

​Padahal, Sigit menjamin melon hasil panen petani setempat memiliki kualitas bagus dan manis. Namun, harga jual grade B jatuh ke kisaran Rp18.000 hingga Rp20.000/kg, dan grade C di bawahnya lagi. Penjualan yang selama ini mengandalkan media sosial, seller, pengepul, dan tengkulak kecil, semakin sulit seiring meningkatnya volume panen.​

"Kalau panen banyak petani tetap pusing. Karena untuk memulihkan modal yang sangat besar juga lumayan sulit. Kalau hasil panen semua bagus, mungkin gampang. Tapi yang kami pikirkan, yang grade B sama C mau dipasarkan kemana," tambah Sigit.

Dia mendesak pihak pemerintah untuk membantu penyerapan pasar atau perusahaan yang mampu menyerap hasil panen mereka. "Kami harap ada perhatian untuk hasil panen kami. Syukur bisa dihubungkan ke pengelola MBG. Kami siap memasok dengan kualitas bagus," tandasnya.

​Kondisi dilematis ini mendapat perhatian serius dari anggota DPRD Sragen, Fathurohman. Dia menegaskan bahwa potensi melon Desa Jambanan adalah bagian integral dari program ketahanan pangan yang harus disinergikan dengan program pemerintah lainnya, khususnya MBG.

​"Tadi sudah ada keluh kesah dari petani, yang intinya mereka tetap akan memproduksi ini terus. Tapi, yang menjadi problem adalah pemasaran. Nah sekarang ada giat-giatnya MBG, yang dananya bersumber dari APBN, yang juga menggunakan duit rakyat," ujar Fathurohman.

​Fatur berharap Pemerintah Kabupaten Sragen mendorong SPPG MBG yang ada untuk berkontribusi dengan membeli buah melon lokal tersebut. Menurutnya, buah melon grade B dan C yang harganya lebih terjangkau. "Jika diiris dan dibagikan kepada murid, akan menjadi sumber gizi yang sangat ekonomis dan terjangkau, serta mendukung para petani,” terang dia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X