Krjogja.com - KARANGANYAR - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tingkat Kabupaten Karanganyar menjadi momentum untuk menegaskan kembali jati diri organisasi, sekaligus menyuarakan berbagai persoalan strategis di dunia pendidikan.
Ketua PGRI Karanganyar, Sri Wiyono, menegaskan bahwa sejak berdiri tahun 1945, PGRI tetap konsisten pada dua tujuan utama yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan anggota, baik guru, kepala sekolah, maupun pengawas.
Baca Juga: Pengamat LPI dan UGM Minta Semua Pihak Dukung Pertamina Lawan Mafia Migas
Menurut Sri Wiyono, hambatan terbesar pendidikan di Karanganyar saat ini adalah minimnya tenaga pendidik, terutama di jenjang SD. Kekurangan guru disebutnya mencapai lebih dari 300 orang.
“Setiap bulan ada 40 sampai 50 guru yang pensiun. Kekosongan ini harus segera diisi. Di SD bahkan ada sekolah yang hanya memiliki tiga sampai empat guru,” jelasnya di sela acara HUT ke-80 PGRI dan HGN di gedung PGRI Karanganyar, Selasa (25/11).
Ia juga mengungkapkan keberadaan guru honorer di bawah dua tahun yang jumlahnya lebih dari 300 orang. Mereka sebelumnya terancam dirumahkan, namun kini dialihkan menjadi tenaga outsourcing, meski langkah tersebut masih sebatas wacana pemerintah daerah.
Baca Juga: Agis Buka Babak Musikal Baru Lewat Single 'Sadar', Perjalanan Sound Pop yang Lebih Matang
Wakil Ketua PGRI Jawa Tengah, Sakbani, menegaskan bahwa PGRI merupakan organisasi profesi yang berperan sebagai wadah perjuangan dan ketenagakerjaan. Dunia pendidikan disebutnya harus beradaptasi dengan perubahan yang terus berkembang.
“Dunia selalu berubah, termasuk pendidikan. Guru harus bertransformasi agar tidak tertinggal. Belajar itu sepanjang hayat, bukan hanya di bangku sekolah,” ujarnya.
Sakbani juga menyoroti peran LKBH PGRI yang memberikan pendampingan hukum gratis bagi guru, baik kasus profesi maupun nonprofesi, dengan dukungan delapan advokat.
Bupati Karanganyar, Rober Christanto, menegaskan peran guru yang sangat besar sejak masa perjuangan hingga kini. Menurutnya, pendidikan karakter anak merupakan tanggung jawab bersama orang tua dan guru.
“PGRI mengiringi langkah kemerdekaan sampai sekarang. Peran guru luar biasa dalam membentengi anak-anak kita,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya penguatan budaya Jawa di tengah perubahan zaman.
“Saya prihatin penggunaan bahasa Jawa mulai menurun. Setiap Kamis kami dorong penggunaan bahasa Jawa di sekolah,” katanya.