KRjogja.com - SRAGEN - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sragen mencatat lonjakan kasus baru HIV/AIDS. Lonjakan kasus terjadi khususnya pada kelompok laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) atau gay pada tahun ini.
Sekretaris KPA Sragen Haryoto saat acara peringatan Hari AIDS sedunia di pendapa Rumdin Bupati Sragen, Selasa (2/12/2025) mengungkapkan adanya potensi penambahan populasi LSL di Bumi Sukowati. Bahkan potensi itu mencapai angka fantastis yakni sekitar 4.000 orang.
Potensi 4.000 orang ini merupakan angka nasional yang menjadi kecurigaan terhadap kelompok berisiko di Sragen. Dari jumlah potensi tersebut, sebanyak 800 orang telah menjalani tes HIV tahun ini.
Baca Juga: Likuiditas Perbankan
Hasilnya ditemukan sebanyak 19 kasus baru dari kelompok LSL saja. Angka 19 kasus baru ini disebut Haryoto sebagai temuan tertinggi pada tahun ini. "Khusus untuk LSL, temuan kumulatif sejak tahun 2000 tercatat 99 kasus. Namun, khusus tahun ini saja, kita menemukan 19 orang yang merupakan tahun paling banyak," ungkap Haryoto.
Haryoto menduga, salah satu faktor pendorong utama lonjakan kasus dan temuan ini adalah pengaruh besar dari media sosial (medsos). Dia menjelaskan, fenomena ini diperparah selama periode pandemi Covid-19.
"Ketika ada pandemi Covid, yang lockdown, banyak yang bergaul sesama lelaki. Ketertutupan itu menjadi potensi mencari teman. Nah, teman di medsos itulah mereka saling berkenalan," jelasnya.
Baca Juga: Peduli Bencana Sumatera, Puspo Wardoyo Kirim 15 Ribu Paket Makanan Siap Saji Bergizi
Namun, lanjut Haryoto, kasus penularan masih banyak dari kasus heteroseksual. Data kumulatif HIV/AIDS di Sragen sejak tahun 2000 telah mencapai 2.343 temuan. Sementara untuk kasus baru di tahun ini, per Oktober 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen mencatat adanya 174 kasus baru.
Untuk menanggulangi penyebaran, Dinkes Sragen telah menerapkan strategi hulu ke hilir salah satunya melalui skrining wajib bagi calon pengantin. Program ini telah dimulai sejak Agustus 2024 dan dinilai efektif.
"Hulunya mulai dari calon pengantin, supaya nanti kalau terdeteksi dikelola dengan baik dan minum obatnya, pemeriksaan viral load-nya. Sehingga nanti tidak menularkan kasus baru ke pasangannya atau ke anaknya," terang Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Sragen, dr Sri Subekti.
Baca Juga: Komisi D Siap Kawal Aspirasi PPG, Disdikbud Pastikan Tak Ada PHK Guru Honorer
Selain skrining calon pengantin, upaya pencegahan juga dilakukan melalui VCT mobile yang menyasar kelompok populasi kunci lainnya. Seperti wanita pekerja seksual, warga binaan Lapas, pasangan ODHA, hingga pasien TBC.
"Pasien TBC harus 100 persen dicek status HIV-nya, karena banyak yang diobati TBC tidak sembuh-sembuh, ternyata HIV," tandasnya.