Pasien Kanker Hadapi Risiko Lebih Tinggi Saat Pandemi Covid-19

Photo Author
- Sabtu, 17 Desember 2022 | 00:10 WIB
Webinar dengan tema #LindungiYangRentandariCovid: “Apakah Pasien Kanker Bisa Terlindungi secara Optimal dari Covid-19?”, Kamis (15/12/2022).
Webinar dengan tema #LindungiYangRentandariCovid: “Apakah Pasien Kanker Bisa Terlindungi secara Optimal dari Covid-19?”, Kamis (15/12/2022).

Krjogja.com - JAKARTA - Pasien kanker ternyata menghadapi risiko lebih tinggi jika terinfeksi Covid-19 di tengah pandemi. Pasien kanker bisa mengalami keparahan, perawatan di rumah sakit, bahkan kematian akibat Covid-19.


“Jadi paparan Covid ini akan menjadi lebih problem terutama pada pasien dengan kanker pada sel darah, seperti leukimia, limfoma dan multiple myeloma,” kata Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik, Jeffry Beta Tenggara saat webinar dengan tema #LindungiYangRentandariCovid: “Apakah Pasien Kanker Bisa Terlindungi secara Optimal dari Covid-19?”, Kamis (15/12/2022).


Menurut Jeffry, salah satu penyebab risiko itu adalah kondisi respons imun pasien yang belum cukup memadai untuk memberikan proteksi terhadap penyakit atau infeksi, salah satunya virus SARS-Cov-2, penyebab Covid-19.


Jeffry menjelaskan kondisi risiko dapat berasal dari kanker itu sendiri maupun efek samping dari terapi kanker. Pasien sedang mendapatkan terapi untuk kanker padat/darah atau memiliki riwayat terapi kanker. Antara lain sedang mendapatkan kemoterapi, atau menerima radioterapi.


“Upaya proteksi optimal yang dapat dilakukan pasien kanker antara lain menaati protokol kesehatan seperti mengugnakan masker. Mendapatkan vaksin primer dan booster. Pasien juga perlu intervensi jangka panjang sebagai proteksi tambahan yang tersedia untuk pasien kanker dengan respons vaksin yang suboptimal,” katanya.


Dalam kesempatan yang sama, Estriningsih, penyintas kanker payudara, mengakui terapi pengobatan kankernya sempat ditunda hingga tiga minggu karena terinfeksi Covid-19 pada Juli 2021.


“Pengobatan harusnya bisa selesai lebih awal, tapi terkena Covid jadi tertunda. Ketika akan menjalani terapi, saya diwajibkan swab test dan saya positif Covid. Gejalanya demam, batuk, pilek, dan tulang linu,” katanya.


Aryanthi Baramuli Putri, Pendiri dan Ketua Cancer Information & Support Center (CISC) memberikan informasi dan aedukasi masyarakat dengan berkolaborasi para dokter dana tenaga kesehatan.


“Di CISC, kami tetap terus berupaya, sesuai kemampuan kami yakni memberi support sesuai kemampuan kami. Dengan informasi yang tetap dan benar, maka diharapkan pasien bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan medis yang berkualitas,” tambahnya.(Ati)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB
X