KRJOGJA.Com - GAYA hidup sehat (healthy lifestyle) bisa mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit-penyakit usia tua seperti atherosklerosisi bahkan kanker dengan cara mengintervensi proses aging. Tujuannya untuk memperpanjang hidup dengan berkualitas.
"Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Pola hidup sehat adalah upaya seseorang untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat," terang pakar Anti Aging Medicine (AAM), dr Theresia Handayani M Biomed (AAM) dalam seminar Healthy Lifestyle, Minggu (17/7/2022) disela Muscab Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Yogya di Artotel By Bianty Hotel.
Berpraktik di Wellness Clinic RS Bethesda Yogya/Klinik dr Theresia, disebutkan pola hidup sehat dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan bergizi, olahraga secara rutin, dan istirahat yang cukup.
"Bertambahnya usia fungsi organ dari ujung kepala sampai ujung kaki, dari kulit sampai organ dalam seperti jantung dan pembuluh darah, otak, pencernaan, pernafasaan, otot juga semakin menurun," tegasnya.
Baca JugaÂ
Muscab Pilih dr Agung Ketua IDI Yogya 2025-2028
Pola hidup sangat memungkinkan usia kronologi (umur kita sesuai tanggal lahir) bisa berbeda dengan usia biologis (usia sel tubuh kita sebenarnya). "Pola hidup tidak sehat membuat organ tubuh bekerja lebih keras dan cepat tua (penuaan dini). Sebaliknya dengan pola hidup sehat organ tubuh akan terjaga, dengan kualitas lebih baik," tegasnya
Disebutkan tahap penuaan dari usia 25-35 tahun (subklinik), 35-45 tahun (transisi), dan 45 tahun ke atas (klinik). "Tanda-tanda penuaan berdasar tanda fisik, gejala, keluhan dan perubahan biokimiawi dalam tubuh seperti kadar hormon, kadar lemak, gula darah, massa otot, dan lainnya," ungkapnya.
Jika tidak dijaga dengan pola hidup yang sehat akan disertai penyakit-penyakit usia tua seperti diabetes, hipertensi, jantung, stroke, juga arthritis (radang sendi), gangguan mental, osteoporosis, kanker, gangguan kognitif, gangguan pendengaran dan penglihatan, malnutrisi, gangguan kesehatan mulut, dan lainnya.
"Deteksi dini perlu dilakukan dengan kuesioner keadaan kesehatan dan faktor resiko, pemeriksaan fisik (tekanan darah, denyut nadi, pernafasaan, bentuk tubuh untuk melihat massa otot dan massa lemak, fungsi organ tubuh lainnya). Pemeriksaan kapasitas fungsional (bagaimana kemampuan kita dalam kegiatan sehari-hari), fungsi organ-organ, densitas tulang, kecepatan bergerak, kelancaran bicara. Juga pemeriksaan biomarker (hormon, tumor marker, nutrient, mineral," jelasnya. (Vin)