YOGYA - Keberadaan alat pacu jantung, paru dan ventilator dalam masa pandemi Covid-19 sangat penting. Sayangnya, harga alat tersebut mahal karena kebanyakan masih impor. Sejumlah kampus berusaha membuat yang lebih terjangkau dengan kualitas tak kalah dari produk impor.
Salah satunya karya lulusan Magister Teknik Mekatronika Indonesia, Swiss German University, Tangerang, Abdallah Waddah Al-Mutairi. Ia mengungkapkan keprihatinannya karena mahalnya alat kesehatan terutama alat pacu jantung, paru dan ventilator di Indonesia. Karena itu ia berusaha membuat alat yang terjangkau, proses pengerjaan cepat untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, puskesmas dan klinik kesehatan di masa pandemi.
"Proyek ini mengaplikasikan konsep rekayasa balik (reverse engineering) kepada rancangan dan konstruksi dari alat resusitasi jantung paru (CPR atau RJP) dan ventilator yang mudah dibawa ke mana saja. Harganya pun terjangkau karena biaya produksi juga tidak mahal,'' papar Abdallah yang sedang mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi S3 di Universitas Indonesia.
Alat karyanya bersifat portabel atau mudah dibawa ke mana saja seperti di ambulans, pusat-pusat kesehatan, atau daerah yang sulit dijangkau. Parameter utama alat tersebut dapat disesuaikan secara langsung oleh operator atau jarak jauh oleh dokter atau spesialis medis karena
menggunakan jaringan sensor tanpa kabel atau wireless. Tenaga medis dapat mengakses dan memperbaharui parameter sesuai kondisi pasien.
Inovasi Baru
Abdallah menjelaskan penggunaan konsep rekayasa balik (reverse engineering) dengan keahlian desain teknik turut berkontribusi besar untuk mempercepat realisasi alat tersebut demi memenuhi tantangan saat wabah corona.
Dia yang belajar dan berkarya di bawah bimbingan Prof Dr Kasim Musa Al-Aubidy selaku Dekan Penelitian Ilmiah dan Pendidikan Pascasarjana, Universitas Philadelphia, Jordan mengembangkan inovasi CPR atau RJP yang dapat mendeteksi detak jantung secara akurat dan kekuatan tekanan tangan paramedis pada dada pasien, dan juga respon pasien terhadap ventilator.
"Saya membuat di Indonesia dan untuk pengembangan secara massal akan bekerja sama dengan Universitas Philadelphia, Jordan,'' ucap pria asli Yordania yang sudah lama tinggal di Indonesia tersebut.
Alat ini penting karena dapat membantu pasien dengan penyakit paru-paru apalagi dalam masa pandemi. Selain itu juga berguna bagi mereka yang memerlukan bantuan pernafasan karena mengalami cedera olahraga, para lansia atau cedera apa pun yang membutuhkan pertolongan yang cepat. (*)