YOGYA (KRjogja.com) - Alergi makanan atau pemicu lainnya bisa mengganggu tumbuh kembang anak termasuk dampak sosial kalau tidak ditangani dengan baik. Karena itu, perlu adanya pemahaman dan penanganan yang tepat.
"Alergi bisa mengganggu kesehatan anak seperti kurang gizi (malnutrasi). Karena kurang edukasi orang tua, anak tidak boleh mengkonsumsi ikan, udang atau makanan pemicu alergi. Padahal bisa mengganti dengan makanan jenis lain yang kaya gizi," kata Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dr Sumadiono SpA(K) di sela roadshow 'Tanggap Alergi', Kamis (19/10/2016) yang digelar Sarihusada bekerjasama dengan Badan Kerjasama Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Indonesia (BKSIKMKPFKI), Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada serta Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Dia menjelaskan alergi bisa menimbulkan dampak sosial atau psikologi anak karena minder akibat kebiasaan menggaruk. Padahal saat ini data World Allergy Organization (WAO) dalam The WAO White Book on Allergy: Update 2013 menunjukkan bahwa angka prevalensi alergi mencapai 10-40 persen dari total populasi dunia. Â Di Indonesia, berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di kota Yogyakarta, terdapat prevalensi yang tinggi pada rhinitis alergi pada anak-anak usia sekolah dan pra sekolah.Â
"Penyebabnya sebagian besar adalah karena alergi makanan, yaitu udang (12.63%), kepiting (11.52%), tomat (4.38%), putih telur (3.5%) serta susu sapi (3.46%). Risiko alergi yang meningkat ternyata belum diikuti dengan  pemahaman serta penanganan alergi yang tepat dari orangtua dan penanganannya," ungkapnya.
Dia menambahkan indikator paling tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui riwayat keluarga, karena alergi bersifat genetik dan bahkan pada orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi, anak tetap memiliki risiko alergi sebesar 5-15 persen. Pemberian nutrisi yang optimal pada awal kehidupan, dapat mengurangi risiko alergi karena anak dengan alergi dapat berkembang secara optimal dengan didukung nutrisi yang tepat.Â
"ASI merupakan yang terbaik bagi bayi dan anak yang mengalami alergi.Apabila anak terdiagnosis alergi protein susu sapi, ASI harus tetap diberikan, namun Ibu harus mengeliminasi susu sapi dan produk turunannya dalam diet sehari-hari. Contohnya seperti sup krim, pudding dengan saus susu, pancake," tandasnya. (Tom)