kesehatan-seksualitas

Penggunaan Hand Sanitizer dan Masker Terlalu Sering Picu Iritasi Kulit, Begini Penjelasannya

Rabu, 13 Mei 2020 | 15:06 WIB
Ilustrasi. Foto: Okezone

JAKARTA, KRJOGJA.com - Penggunaan hand sanitizer dan masker terlalu sering, dan penggunaan masker terlalu lama berdampak iritasi pada kulit.

"Kulit sebagai barrier (penghalang) masuknya benda asing termasuk virus harus dijaga kesehatan dan kelembapannya. Terlebih saat pandemi Covid 19.," ungkap Dokter Spesialis Kulit Dermatologi Kosmetik dr Lilik Norawati SpKK FINSDV FAADV  ,dalam

Webinar Noroid 'Menjaga Kulit Sehat dan Lembap Selama Pandemi Covid 19', Selasa (12/5).

Dia menjelaskan jangan sampai kulit kering karena bisa membuat lebih rentan terhadap bakteri atau infeksi. Sebab, kurangnya kelembapan, kulit tangan akan mudah pecah-pecah, menciptakan jalan masuk bagi mikro organisme seperti bakteri, virus, jamur yang selanjutnya dapat menimbulkan masalah baru pada kulit.

Kulit tangan, kata dr Lilik juga dapat mengalami iritasi akibat penggunaan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol, yang dapat menyebabkan dermatitis atau eksim berkepanjangan. "Jika kulit tangan mengalami infeksi atau eksim, tentunya akan mengganggu fungsi tangan, sehingga akan mengganggu kegiatan sehari-hari," jelasnya.

Berdasarkan pengalaman, ia menangani pasien selama pandemik Covid 19, ternyata masalah kulit timbul tidak hanya akibat sering mencuci tangan atau penggunaan hand sanitizer yang berlebihan atau terlalu sering, tapi juga terjadi akibat penggunaan masker dalam jangka waktu lama.

Tidak hanya itu, lanjut dr Lilik, penggunaan masker dapat mengakibatkan kekambuhan jerawat pada orang yang mempunyai bakat jerawat, terutama terjadi di daerah yang tertutup masker, luka-luka akibat tekanan, dan dermatitis kontak. Faktor pencetus masalah kulit akibat penggunaan masker antara lain lingkungan yang panas, lembab, dan oklusi akibat tekanan masker dapat menyebabkan kekambuhan atau memperparah jerawat, tekanan pada bagian hidung dapat menyebabkan luka, tali ikat masker dapat menyebabkan dermatitis kontak, dan bahan kain masker yang menempel ketat dapat menyebabkan iritasi.

Lebih lanjut dr Lilik mengatakan efek jangka panjang masalah-masalah kulit tersebut akan menimbulkan bercak-bercak hitam akibat iritasi atau luka, atau jaringan parut akibat jerawat. Masalah ini tidak hanya terjadi pada masyarakat umum tetapi juga terjadi pada petugas kesehatan di rumah sakit. “Apalagi petugas medis yang berhadapan langsung dengan pasien Covid 19 tentu lebih ketat menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dalam jangka waktu yang lama dan sering,” jelasnya.

Sementara itu,  Dr Abraham Arimuko SpKK MARS FINSDV FAADV, dokter spesialis kulit – Dermatologi Kosmetik, mengatakan pemakaian APD yang lebih intens ini menjadi muncul banyak keluhan. Mulai dari iritasi atau rasa pedih saja, muncul ruam, dan lecet. Bisa juga muncul bisul kecil-kecil, bahkan bisa kambuh herpes yang muncul di sekitar sudut mulut. Selain itu, bisa timbul jerawat dan pigmentasi inflamasi, dimana kulit menjadi hitam-hitam.

"Paling menyedihkan adalah kulit menjadi hitam hitam, karena ada iritasi kronis. Untuk petugas medis wanita yang masih muda, ini sangat menyedihkan," tutup Dr Abraham.(ati)

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB