JAKARTA,KRJOGJA.com - Dampak mewabahnya Covid-19 berpengaruh terhadap rentannya terjadi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) sehinggaBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana(BKKBN) mempunyai strategi cara mencegah kehamilan tidak diinginkan di tengah pandemi COVID-19 dan Cegah ODHA tertular Covid-19.
"Saat ini dunia sedang mengalami pandemi Virus Corona (Covid-19) yang telah menginfeksi secara global ke 200 negara termasuk Indonesia. Covid-19 diinformasikan sangat mudah menyebar sehingga penularannya juga sangat cepat. Covid-19 adalah virus corona dapat menimbulkan penyakit yang menyerang pernafasan manusia melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut penderita yang menyebar saat batuk atau bersin, droplet dapat jatuh pada benda sekitar, tersentuh orang lain dan orang tersebut menyentuh mata, hidung atau mulutnya. Penelitian terbaru menunjukkan infeksi virus corona mirip dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus corona memiliki mutasi gen serupa HIV yang artinya memiliki kemampuan menyerang sel manusia 1.000 kali lebih kuat dari Virus Sars (Sindrom Pernapasan Akut)" kata
Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam daring nya yang diterima KR ,Selasa (21/4 2020)
"Sekali lagi kami sampaikan dampak mewabahnya Covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap rentannya terjadi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang dikarenakan adanya penurunan jumlah pelayanan KB secara nasional dari masing-masing jenis alat obat kontrasepsi (alokon)," lanjut Hasto.
Hal ini dindikasi bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) yang memerlukan kontrasepsi tidak bisa mengakses layanan kontrasepsi di faskes dan menunda ke faskes selama Covid-19 jika tidak dalam kondisi gawat, karena adanya kekhawatiran PUS yang memerlukan kontrasepsi tertular Covid-19.
Selain itu, Covid-19 juga sangat berpengaruh terhadap orang dengan sistem imun lemah, seperti Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yang sangat rentan tertular Covid-19.
Berdasarkan data SIHA Kemenkes, 2019 menyebutkan 5 provinsi di Indonesia yang memiliki Kasus HIV (Virus yang dapat menurunkan kekebalan tubuh) Tertinggi yaitu DKI Jakarta (65.578 kasus), Jawa Timur (57.176 kasus), Jawa Barat (40.215 kasus), Papua (36.382 kasus), Jawa Tengah (33.322 kasus) dan Kasus AIDS (Kumpulan gejala penyakit yang diakibatkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh) Tertinggi Papua (23.599 kasus), Jawa Timur (20.787 kasus), Jawa Tengah (11.724 kasus), DKI Jakarta (10.157 kasus), Bali (8.230 kasus).
Dalam Webinar “Implikasi Covid-19 terhadap Kesehatan Reproduksi Terutama ODHA dan Pencegahan KTD yang disaksikan dan sebagai narasumber Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahida (Alissa Wahid) selaku Psikolog dan Dr. E.Y. Wenny Astuti Achwan, M.Kes Klinis (Peneliti), selaku moderator Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M. Sc, Dip.Com. Plt.
Hasto juga menyampaikan KTD memiliki dampak yang luas seperti meningkatkan kasus aborsi, meningkatkan risiko kematian ibu dan anak, anemia pada ibu hamil, malnutrisi pada ibu hamil dan janin, bayi lahir prematur, berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan kurangnya kasih sayang dan pengasuhan karena anak tidak diinginkan.
Untuk itu Hasto bersama jajaran BKKBN Pusat dan Provinsi terus berupaya memastikan keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi selama masa krisis bencana Covid-19, seperti : Pelayanan KB bergerak, kunjungan ke PUS yang memerlukan kontrasepsi.
Menurunkan angka putus pakai alat dan obat kontrasepsi sehingga mencegah KTD dengan cara : mengoptimalkan peran PKB/PLKB dan penggerakan Mobil Unit Penerangan KB ke masyarakat untuk KIE Pencegahan Covid-19.
Selain itu, Hasto juga mengajak seluruh Keluarga Indonesia untuk menjalankan Aksi 8 (delapan) Fungsi Keluarga (agama, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan lingkungan) agar terhindar dari paparan penyakit dan virus.