ISU penyakit cacar monyet atau monkeypox belakangan ramai dibicarakan, menyusul negara tetangga Singapura menemukan satu kasus positif virus tersebut. Kementerian Kesehatan RI meminta masyarakat mengetahui informasi yang tepat seputar penyakit ini termasuk gejala, penularan, pencegahan, dan pengobatannya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. Anung Sugihantono mengatakan, penularan pada manusia terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia, dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus).
Baca Juga:Â Masyarakat Tak Perlu Khawatir Terhadap Cacar Monyet
Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang. Wilayah terjangkit monkeypox secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon and Sudan Selatan), tambahnya. Anung menegaskan, pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala. Salah satunya demam tinggi yang mendadak.
“Demam tinggi, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari tiga minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya,†kata Anung, dalam keterangan tertulis, Rabu (15/5/2019).
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) monkeypox biasanya 6-16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5-21 hari. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.
Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai ruam tersebut menghilang.