JAKARTA.KRJOGJA.com - Pentingnya ASI sebagai sumber nutrisi bagi bayi prematur, telah mendasari Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) sebagai neonatologist dan merupakan salah satu pendiri unit neonatal di RSCM ini meluncurkan buku bertajuk ‘ASI untuk Bayi Prematur’.
Buku ini mengulas segala hal terkait pemberian ASI bagi bayi prematur dan hal-hal yang harus diwaspadai dalam perawatan bayi prematur. Bayi prematur tidak hanya berukuran lebih kecil daripada bayi pada umumnya, namun mereka juga dapat memiliki berbagai masalah fisik dan perkembangan.Â
Menurut laporan Born too Soon milik The Global Action Report on Preterm Birth dari PBB, Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia hingga mencapai 675.700 bayi di tahun 2010.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 Minggu. Perawatan bayi prematur sangat berbeda dengan bayi cukup bulan, terutama terkait masalah nutrisi.
Bayi prematur memilliki potensi yang lebih besar untuk terjadinya gagal tumbuh. "Oleh karena itu, pemilihan sumber nutrisi dan perawatan yang tepat bagi bayi prematur menjadi sangat penting ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi terlebih bayi prematur," kata Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo.
Bayi-bayi yang lahir prematur antara 23 hingga 28 Minggu khususnya, memiliki risiko komplikasi tertinggi seperti celebral palsy, gangguan kecemasan, serta masalah penglihatan, pendengaran dan pencernaan. "Mereka juga memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi dan merupakan yang paling berisiko untuk sindrom kematian bayi mendadak (SIDS)," ujar Rinawati.
Rinawati menjelaskan, dengan pemberian ASI yang benar pada bayi prematur maka dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur, hampir 100% kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan. Kandungan ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur sangat lengkap dengan jumlah kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber nutrisi lainnya.Â
ASI mampu memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi dan mengejar kekurangan berat badan dengan optimal, namun diperlukan pula evaluasi secara berkala terhadap pertumbuhan bayi prematur yang mencakup berat badan dan tinggi badan sehingga risiko malnutrisi seperti gizi buruk dan stunting (tinggi badan kurang) dapat dihindari.