kesehatan-seksualitas

Wasting & Stunting, Jadi Ancaman Tercapainya Generasi Emas Indonesia

Senin, 30 Oktober 2023 | 17:53 WIB
makanan bayi pendamping ASI (freepik)


Krjogja.com - JAKARTA - Pemerintah dan tenaga Kesehatan di Indonesia sedang berupaya untuk memaksimalkan Kesehatan anak dalam upaya untuk menyambut bonus demografi yang akan dialami Indonesia pada tahun 2045. Akan tetapi, sampai saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai masalah Kesehatan, mulai dari penyakit menular, tidak menular, dan yang menjadi perhatian khusus adalah masalah gizi pada anak.

Berbagai masalah ini dapat mengancam Indonesia dalam memaksimalkan bonus demografi atau lebih dikenal sebagai Generasi Emas 2045 yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Hal tersebut diungkapkan Guru Besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp.A(K). Menurutnya, Indonesia yang sedang berupaya untuk semakin maju dan keluar dari label negara berkembang, masih belum bisa melepaskan diri dari masalah malnutrisi, seperti stunting, wasting, dan underweight.

Baca Juga: Sepanjang Sembilan Bulan 2023, Indosat Raup Pendapatan Rp37,4 Triliun

"Belum selesai dengan ketiga masalah tersebut, anak Indonesia sudah mulai mengalami malnutrisi tipe lain yaitu gizi berlebih atau obesitas. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, sebanyak 21,6% Balita, atau 1 dari 5 anak mengalami stunting, sementara 7,7% Balita, atau 1 dari 12 anak mengalami wasting," kata Prof Rini Sekartini.

Dia menjelaskan stunting lebih dari sekedar perawakan pendek, yaitu kondisi malnutrisi akibat dari kekurangan asupan nutrisi, atau penyakit yang kronik mengakibatkan kegagalan seorang anak untuk mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya. Penelitian menunjukkan bahwa akibat dari stunting tidak hanya sebatas perawakan pendek, seorang anak yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, performa di sekolah yang menurun, kemampuan fisik yang lebih rendah, dan lebih mudah untuk jatuh sakit.

Pada jangka panjang dan level Nasional, hal ini akan berakibat pada menurunnya kemampuan ekonomi negara. Sedangkan Wasting, atau lebih kita kenal sebagai gizi kurang hingga gizi buruk, menandakan kurangnya asupan nutrisi yang bersifat akut. Wasting terutama pada anak berusia kurang dari dua tahun akan berdampak jangka panjang yang buruk.

Baca Juga: Sleman Kembangkan Sistem Digitalisasi Penanggulangan Bencana

"Pada dua tahun pertama kehidupan seorang anak, otak berkembang dengan sangat pesat. Bila seorang anak mengalami wasting hingga gizi buruk, maka perkembangan otak akan terganggu. Pada jangka panjang perkembangan otak yang terganggu ini akan mengakibatkan menurunnya kecerdasan seorang anak dan menurunnya kualitas hidup saat dewasa nanti," ungkap Prof Rini.

Karena itu, kata Prof Rini langkah pencegahan terjadinya kondisi malnutrisi menjadi sangat penting untuk menyelamatkan anak Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan program 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Yaitu upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun, karena periode ini merupakan periode paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa.

"Upaya yang dilakukan untuk mencegah malnutrisi pada 1000 HPK di antaranya adalah inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, lengkapi imunisasi, dan yang sering menjadi periode kritis adalah pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan. Sehingga sangat penting untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak, serta memasukkannya dalam kurva pertumbuhan," paparnya.

Baca Juga: Dispendukcapil Sukoharjo Selesai Aktivasi KTP Digital Karyawan Tiga Perusahaan Besar

Dia menambakan seorang anak belum akan mengalami kondisi wasting atau stunting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Akan tetapi, pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal.

Padahal, WHO sudah mengeluarkan edaran, bahwa MPASI yang baik adalah diberikan pada waktu yang tepat, yaitu saat bayi berusia 6 bulan atau sebelum itu bila kebutuhan nutrisi sudah tidak dapat dipenuhi dengan ASI. Lalu, jumlah yang cukup, yaitu mencukupi kebutuhan kalori, zat gizi makro dan mikro bayi dan aman, yaitu proses pembuatannya higienis dan diberikan menggunakan tangan dan peralatan yang bersih

Baca Juga: MyPertamina Beri Bonus Pertamax

"Hal terpentig adalah sesuai, baik teksturnya yang sesuai dengan kemampuan usia bayi, diberikan sesuai keinginan lapar dan kenyang bayi, serta diberikan dalam frekuensi yang benar. Baiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti," pungkasnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB