Krjogja.com - Yogya - Diabetes menjadi salah satu penyakit yang dapat mematikan di Indonesia. Jika tak diwaspadai dan masyarakat tidak diberikan edukasi kesehatan sejak dini, penyakit kaki diabetik juga bisa berujung amputasi.
Mengantisipasi hal itu, Stikes Notokusumo, berkolaborasi dengan Stikes Wira Husada dan Posyandu Menur, bersinergi memberikan edukasi kesehatan pencegahan kaki diabetik, kepada masyarakat. Kegiatan yang diikuti sekitar 35 orang penderita diabetes mellitus ini, diselenggarakan di Posyandu Menur, Padokan Lor, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, pekan kemarin.
Acara pemberdayaan berbasis masyarakat tersebut, diprakarsai ketua tim dosen Stikes Notokusumo Linda Widyarani, SKep Ns MKep, dosen Stikes Notokusumo, Maria Putri Sari Utami, SKep Ns MKep, dan dosen Stikes Wira Husada Ariana Sumekar, SKM MSc.
Kegiatan itu juga sekaligus dalam rangka pelaksanaan hibah pengabdian kepada masyarakat dari Kemendikbudristek tahun 2024. Linda Widyarani mengatakan, berdasarkan data di Posyandu Menur, penderita diabetes mellitus yang terdata sebanyak 27,42% telah mengalami kaki diabetik, bahkan sudah terjadi luka gangren dan infeksi. Sedangkan 11,29% penderitanya, sudah mengalami amputasi kaki.
"Mayoritas penderita beraktivitas di sawah atau ladang, sehingga beresiko tinggi terjadi kaki diabetik. Mereka juga tidak melakukan perawatan kaki secara tepat dan rutin, serta jarang memakai alas kaki saat beraktivitas di sawah," ucap Linda Widyarani dalam keterangan persnya yang diterima KR, Senin (28/10).
Linda menyebut, para penderita jarang mencuci kaki dan sela-sela jari kaki dengan sabun, jarang atau tidak pernah mengoleskan pelembab pada kaki. Selain itu tidak pernah mengeringkan kaki setelah mencuci kaki dengan anggapan kaki akan kering sendiri.
"Mereka juga jarang periksa ke fasilitas kesehatan jika terjadi luka di kaki, hanya diobati sendiri. Kaki diabetik yang tidak ditangani dengan tepat dan rutin dapat meningkatkan risiko amputasi," jelas Linda Widyarani.
Dikatakan, risiko amputasi penderita diabetes mellitus mencapai 15 kali lebih besar, dibanding tanpa diabetes mellitus. Linda menyebut, amputasi kaki pada penderita diabetes mellitus mencapai 85% dalam waktu lima tahun. Kondisi itu meningkatkan morbiditas, mortalitas dan juga biaya perawatan kesehatan.
Amputasi juga berdampak terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus dan meningkatkan ketergantungan terhadap keluarga. "Amputasi dapat menyebabkan depresi, cemas, reaksi penolakan, berduka bahkan keinginan bunuh diri," katanya.
Untuk melakukan pencegahan pengidap diabetes mellitus, Stikes Notokusumo memberikan pemahaman tentang perawatan kaki sebagai upaya pencegahan kaki diabetik pada penderita diabetes mellitus.
Teknik terapi relaksasi hipnosis 5 jari, manajemen diabetes burnout syndrome sebagai upaya pengelolaan reaksi psikologis pada penderita. Materi diberikan dengan metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan. "Sasaran workshop ini adalah penderita diabetes mellitus, termasuk cara untuk perawatan kaki sebagai upaya pencegahan," tandasnya.
Ketua Pengurus Posyandu Menur Hj Supiyati mengapresiasi kegiatan pemberdayaan masyarakat ini. Masyarakat juga sangat antusias dengan kegiatan tersebut, terlihat dari banyaknya peserta yang aktif dalam diskusi. "Antusiasme peserta ini menunjukkan bahwa mereka semakin sadar akan pentingnya perawatan kaki sebagai salah satu cara mengelola penyakit Diabetes Mellitus," pungkasnya. (Ayu)