KRjogja.com - KITA sering mendengar istilah henti jantung dan serangan jantung. Secara medis henti jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang berhubungan dengan masalah pada jantung, namun memiliki perbedaan yang signifikan.
Henti jantung dan serangan jantung memiliki penyebab dan gejala yang berdeda. Demikian pula dengan cara penanganan serta pengobatannya.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Banjarnegara (idikabbanjarnegara.org) meminta masyarakat untuk mengenali perbedaan utama henti jantung dan serangan jantung agar dapat melakukan tindakan yang diperlukan jika terjadi gawat darurat.
Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Henti jantung adalah kondisi darurat medis di mana jantung berhenti berdetak secara mendadak, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk otak, terhenti. Hal ini menyebabkan kehilangan kesadaran dan berhentinya pernapasan.
Penyebab:
Gangguan irama jantung (aritmia), seperti fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel.
Serangan jantung (miokardial infark) yang mengarah ke gangguan irama jantung.
Kelainan struktural pada jantung.
Trauma atau cedera pada jantung.
Pengaruh obat-obatan atau kondisi medis lainnya yang mempengaruhi jantung.
Gejala:
Tiba-tiba pingsan atau kehilangan kesadaran.
Tidak ada detak jantung (dapat dideteksi dengan pemeriksaan nadi).
Tidak ada napas atau pernapasan yang terhenti.
Tidak ada respons terhadap rangsangan.
Penanganan:
Resusitasi jantung paru (CPR): Langkah pertama adalah memberikan kompresi dada dengan kuat dan cepat (sekitar 100-120 kompresi per menit) untuk mempertahankan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya.
Defibrilasi: Menggunakan alat defibrilator untuk memberikan kejut listrik yang dapat mengembalikan irama jantung yang normal jika penyebabnya adalah gangguan irama jantung.
Panggil ambulans dan segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut, seperti pemasangan alat pacu jantung atau obat-obatan.
Serangan Jantung (Heart Attack / Myocardial Infarction)
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke bagian otot jantung terhambat atau terputus, umumnya karena penyumbatan pada pembuluh darah koroner. Tanpa suplai oksigen yang cukup, otot jantung bisa rusak.
Penyebab:
Penyumbatan pembuluh darah oleh plak lemak (aterosklerosis) yang pecah dan membentuk gumpalan darah.
Gumpalan darah yang menyumbat arteri jantung.
Spasme arteri yang mengurangi aliran darah.
Gejala:
Nyeri dada atau rasa tertekan yang berlangsung lebih dari beberapa menit (terkadang menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, atau leher).
Sesak napas.
Keringat dingin, mual, atau pusing.
Cemas atau rasa takut yang tidak biasa.
Mual atau muntah.
Penanganan:
Obat-obatan:
Antikoagulan (pengencer darah) untuk mencegah pembekuan lebih lanjut.
Obat trombolitik (penghancur gumpalan darah) untuk melarutkan gumpalan yang menyumbat aliran darah.
Obat penghilang nyeri dan penurun tekanan darah.
Angioplasti koroner (pemasangan stent) untuk membuka arteri yang tersumbat dan memastikan aliran darah kembali ke jantung.
Bypass jantung (operasi) jika diperlukan untuk mengalihkan aliran darah melalui pembuluh darah lain.