KRjogja.com - GANGGUAN kesehatan berupa sembelit, atau keluhan sulit buang air besar, belakangan kian sering dialami banyak orang seiring pola hidup yang kurang sehat. Pemicunya antara lain karena pola makan dengan asupan gizi yang tidak seimbang dan rendah serat, serta kurang minum air putih dan jarang berolahraga.
Penjelasan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Biak Numfor (idibiaknumfor.org) menyebut, sembelit atau konstipasi kebanyakan bisa sembuh dengan perawatan mandiri.
Keluhan ini bisa teratasi dengan memperbaiki pola makan atau bisa juga dibantu obat pelancar buang air besar (BAB) yang bisa dibeli di apotek. Namun, pada beberapa orang, sembelit dapat terjadi berulang atau dalam jangka panjang dan kronis. Jika sudah begini, sembelit bisa menimbulkan komplikasi sehingga harus ditangani dokter.
Frekuensi buang air besar setiap orang bisa berbeda-beda. Ada yang bisa BAB setiap hari, ada pula yang BAB 2 hari sekali tanpa ada masalah. Sembelit terjadi ketika BAB menjadi sulit sehingga frekuensinya berkurang. Biasanya, orang yang mengalami sembelit tidak buang air besar lebih dari 3 kali dalam seminggu.
Akibatnya perut terasa kencang, keras, penuh, atau padat, serta tidak puas setelah buang air besar atau merasa ada yang tersumbat. Dalam kondisi tertentu, orang yang sembelit juga berdarah saat BAB.
Jika dengan perawatan mandiri itu sembelit tak juga teratasi, maka sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Hal ini jika anda merasakan satu atau lebih gejala yang disebutkan dan berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Kondisi ini digolongkan sebagai sembelit kronis.
Dijelaskan IDI Biak Numfor, sembelit yang kronis sangat mungkin merupakan gejala dari penyakit tertentu. Beberapa penyakit itu termasuk penyumbatan di usus dan ujung usus besar (rektum), misalnya akibat kanker usus besar atau kanker rektum.
Bisa juga terjadi kerusakan saraf yang mengganggu fungsi rektum dalam menyimpan atau mengeluarkan tinja, misalnya akibat cedera saraf tulang belakang, stroke, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
Sembelit juga bisa jadi gejala dari gangguan ketidakseimbangan jumlah hormon yang mengatur metabolisme tubuh, misalnya karena hipotiroidisme atau diabetes, serta gangguan pencernaan, seperti irritable bowel syndrome atau diverticulitis.
Secara umum, penyebab sembelit memang disebabkan oleh pola makan, di antaranya: kurang mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur dan buah-buahan, kurang minum air putih, serta terlalu banyak makan daging merah, serta susu dan produk olahannya, misalnya keju.
Selain itu, ada kebiasaan-kebiasaan tidak sehat yang berakibat sembelit, yaitu gaya hidup yang tidak aktif, misalnya lebih sering berbaring atau duduk seharian, tidak rutin berolahraga, pikiran stress, serta kebiasaan menahan buang air besar.
Risiko untuk mengalami sembelit semakin tinggi pada orang-orang dalam kondisi tertentu, seperti ibu hamil, orang dengan berat badan kegemukan atau obesitas serta lansia.(*)