Kalahkan Salmon, Ternyata Ikan Sidat Punya Omega-3 Lebih Tinggi

Photo Author
- Sabtu, 22 November 2025 | 14:45 WIB
  Panen sidat oleh anggota Koperasi Mina Sidat Bersatu dampingan Proyek IFish di Cilacap, Jawa Tengah.  ((FAO Indonesia / Yohanes Jaya))
Panen sidat oleh anggota Koperasi Mina Sidat Bersatu dampingan Proyek IFish di Cilacap, Jawa Tengah. ((FAO Indonesia / Yohanes Jaya))

 

Ikan sidat memiliki kandungan omega-3 (DHA dan EPA) tertinggi jika dibandingkan dengan salmon dan gabus. Ikan sidat juga kaya vitamin A, vitamin B kompleks, zat besi, protein, kalori, dan fosfor.

Temuan ini disampaikan Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Gadis Sri Haryani. Menurutnya, DHA (asam dokosaheksaenoat) berperan penting dalam perkembangan dan fungsi otak. Sementara EPA (asam eikosapentaenoat) membantu mengurangi peradangan dan menjaga kesehatan jantung.

“Selama ini, kita selalu mengira salmon yang paling tinggi, ternyata sidat justru memiliki nilai gizi tertinggi,” ungkap Gadis, pada Seminar bertajuk “Penguatan Tata Kelola dan Hilirisasi Industri Sidat Sebagai Dasar Perumusan Kebijakan Nasional Perikanan Berkelanjutan”, di Kampus Unpad, Jatinangor, Kamis 13 November 2025.

Maka dari itu, sidat harus dikelola dengan baik agar dapat dikonsumsi secara berkelanjutan. Pendekatan pengelolaan berkelanjutan dan berbasis sains (science-based management) dapat mengurangi eksploitasi berlebih yang dapat mengancam populasi ikan sidat di masa mendatang. Hal tersebut penting mengingat ikan sidat menjadi salah satu sumber daya perikanan yang memiliki potensi ekonomi strategis di Indonesia.


Siklus Hidup Katadromus
Gadis menerangkan, sidat termasuk ikan dengan siklus hidup katadromus. Yakni ikan yang hidup di air tawar tetapi bermigrasi ke laut untuk bertelur.

“Katadromus artinya dia ketika telur dan menetas di laut menjadi leptocephalus atau larva belut yang unik, memiliki bentuk pipih, transparan, dan seperti daun serta tidak punya kemampuan berenang,” jelas Gadis.

“Kemudian selama perjalanan dari perairan laut dalam ke estuari atau badan air semi tertutup yang berada di muara sungai, di mana air tawar dari sungai bercampur dengan air laut, dia berubah menjadi sidat kaca atau glass eel,” tambahnya.

Dari hal tersebut, terungkap siklus hidup sidat dari tiga ekosistem, yaitu laut, estuari, dan air tawar sangat rawan terhadap berbagai ancaman dan gangguan. Tingginya permintaan pasar dan tekanan penangkapan glass eel di alam menimbulkan permasalahan terkait kelestarian populasi sidat di Indonesia.

Mulai dari glass eel liar yang ditangkap berlebih, perubahan lingkungan muara, dan pola migrasi yang terganggu, serta perubahan pola musim panen mengakibatkan ketersediaan pasokan untuk industri menjadi tidak stabil.

“Ketersediaan pasokan glass eel ini mengakibatkan harga fluktuatif di lapangan, dari harga tinggi hingga harga terendah. Bahkan, ada kalanya glass eel tidak terserap di pasar industri karena kapasitas hatchery (penetasan telur) yang sudah tidak dapat menampung,” tutur Gadis.


Regulasi Terkait Sidat
Sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya dan memastikan pemanfaatan yang berkelanjutan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menerbitkan kebijakan pembatasan kuota penangkapan glass eel serta penetapan ukuran minimal ekspor sidat sebesar 150 gram per ekor.

Regulasi ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan eksploitasi terhadap populasi liar sekaligus mendorong peningkatan nilai tambah melalui kegiatan pembesaran di dalam negeri.

“Efektivitas kebijakan tersebut masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain keterbatasan kapasitas pembesaran dan hatchery, ketergantungan pada pakan impor, serta lemahnya sistem pengawasan dan koordinasi antar pemangku kepentingan,” urai Gadis.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB
X