kesehatan

Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan Terkini Diseksi Aorta

Minggu, 23 Juni 2024 | 15:02 WIB
dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS Siloam Lippo Village Karawaci dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA (istimewa)


Krjogja.com - Jakarta - Diseksi aorta adalah robeknya salah satu lapisan pada pembuluh darah besar yang biasa disebut pembuluh darah aorta. Kondisi ini tergolong serius dan perlu mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin

Bisa menyerang siapa saja, namun terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan faktor risiko diseksi aorta seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan diseksi aorta, kebiasaan merokok, kelainan katup jantung, dan lansia.

dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA, salah satu dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS Siloam Lippo Village Karawaci mengatakan orta merupakan pembuluh darah terbesar yang membawa darah yang mengandung oksigen dari jantung dan bertugas untuk mengalirkannya ke seluruh tubuh. Terdapat beberapa struktur yang menyusun aorta Aortic valve yang merupakan Katup menuju aorta yang dapat membuka dan menutup untuk melepaskan darah keluar dari jantung. Lalu Aortic root: Bagian aorta yang menempel pada jantung sekaligus struktur yang memiliki bagian paling luas dari aorta dan ascending aorta: Bagian pertama yang keluar dari jantung. Ada juga aortic arch: Lengkungan pada aorta sebagai penyambung antara ascending aorta dan descending aorta.

Baca Juga: PPDB Online SMP Tahap 1 di Sukoharjo Dibuka 24-25 Juni

"Sebagai pembuluh darah terbesar dan membawa aliran darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh, fungsi aorta bisa dikatakan krusial bagi tubuh karena selain darah, zat-zat lain yang terbawa seperti nutrisi dan hormon juga dialirkan melalui aorta. Penting bagi kita untuk selalu menjaga fungsi jantung terutama aorta untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi akibat gangguan yang bisa dialami,” ujar dr. Dicky.

dr. Dicky menjelaskan diseksi Aorta disebabkan oleh adanya kelainan pada dinding aorta atau tekanan darah yang tinggi dan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diseksi aorta antara lain Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau tekanan darah yang konstan dan tidak terkontrol dapat menyebabkan lemahnya dinding aorta. Hal ini membuatnya lebih rentan terhadap robekan dan diseksi. Lalu dipicu penyakit arteri koroner: Penyakit arteri koroner dapat menyebabkan pembentukan plak di dinding arteri, termasuk di aorta. Plak ini bisa menyebabkan kerapuhan dinding aorta dan meningkatkan risiko terjadinya diseksi.

"Bahkan bisa dipicu oleh kelainan kongenital atau genetik, cedera atau trauma penggunaan obat terlarang sampai angkat beban. Adapun beberapa gejala yang mungkin muncul pada seseorang yang mengalami diseksi aorta antara lain nyeri dada yang hebat, nyeri punggung, sesak napas. Bisa juga nyeri perut, pucat dan kelumpuhan ekstremitas," paparnya.

Baca Juga: Berhasil Gilas Singapura, Ini Rahasia Coach Nova Arianto

Karena itu, kata dr. Dicky. Beberapa metode diagnosis yang umum digunakan untuk mengidentifikasi diseksi aorta seperti riwayat klinis dan pemeriksaan fisik dimana Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami dan riwayat medis pasien. Termasuk riwayat keluarga yang mungkin memiliki kondisi serupa. Selain itu, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mencari tanda-tanda khusus seperti tekanan darah antara kedua lengan, mendeteksi suara abnormal di jantung atau pembuluh darah, serta penilaian umum kondisi pasien.

Lalu, CT scan (Computerized Tomography) menggunakan sinar-X untuk menciptakan gambar detail dari struktur tubuh, termasuk aorta. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi robekan atau penyempitan pada dinding aorta. Setelah diagnosis diseksi aorta dilakukan, langkah selanjutnya adalah segera mengambil tindakan untuk memberikan perawatan yang diperlukan dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut.


Tindakan itu diantaranya EVAR (Endovascular Aneurysm Repair) dan TEVAR (Thoracic Endovascular Aneurysm Repair) adalah prosedur perbaikan pada diseksi aorta dan aneurisma aorta (pelebaran atau pembengkakan aorta) dengan menggunakan metode bedah endovaskular. Kedua prosedur tersebut dapat digunakan untuk mengatasi diseksi aorta aneurisma aorta abdomen (EVAR) atau aneurisma aorta toraks (TEVAR). EVAR merupakan tindakan bedah endovaskular yang dilakukan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta abdomen.

Baca Juga: Jadi Menteri di Era Soeharto dan Habibie, Ini Profil Tanri Abeng

“Dalam prosedur ini, kateter yang dilengkapi dengan stent graft (semacam tabung yang dapat memperkuat dinding aorta) dimasukkan melalui arteri di pangkal paha pasien. Sementara itu, TEVAR digunakan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta toraks, yaitu pelebaran atau pembengkakan pada aorta bagian dada. Prosedur ini mirip dengan EVAR, namun stent graft ditempatkan di dalam aorta di area toraks, tepat di atas diafragma. Hal ini membantu mengisolasi dan memperkuat bagian aneurisma dan mencegah pecah atau robekan lebih lanjut serta menutup robekan diseksi,” ujar dr. Dicky.

Keuntungan utama dari EVAR dan TEVAR adalah bahwa prosedur ini dilakukan dengan metode bedah endovaskular, sehingga pembedahan terbuka yang lebih invasif dapat dihindari. Dalam beberapa kasus ini mungkin menghasilkan masa penyembuhan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan waktu pemulihan yang lebih singkat bagi pasien “Dalam 2 (dua) tahun terakhir, kami telah berhasil menangani total 27 pasien dengan masalah pembuluh darah aorta yang memercayakan pengobatannya ke RS Siloam Lippo Village Karawaci,” pungkas dr. Dicky. (*)

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB