kesehatan

Suplemen Vitamin D3 Terbukti Dapat Menunda Penuaan, Menurut Riset Terkini

Kamis, 14 Agustus 2025 | 14:20 WIB
Medical College of Georgia (foto: Arvin Temkar/AJC)

Krjogja.com - Riset ilmiah terkini mengungkap bahwa konsumsi vitamin D dapat memperlambat proses penuaan biologis dengan mengurangi laju pemendekan telomer, struktur pelindung di ujung kromosom.

Temuan ini memberikan perspektif baru mengenai manfaat vitamin D bukan hanya penting untuk kesehatan tulang, tetapi juga berpotensi menjaga umur biologis tetap lebih muda.

Baca Juga: 8 Tahun Bersama, Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez Resmi Tunangan

Dalam VITAL (VITamin D and OmegA-3 TriaL) yang dijalankan oleh peneliti Mass General Brigham (afiliasi Harvard) dan Medical College of Georgia, tercatat 25.871 individu ikut berpartisipasi.

VITAL menggunakan desain randomized, double-blind, placebo-controlled untuk menilai efek vitamin D3 (2.000 IU/hari) dan omega-3 (1g/hari) pada pemendekan telomer. Fokus riset ini mencakup 1.054 peserta, terdiri atas perempuan berusia 55 tahun ke atas dan pria berusia 50 tahun ke atas.

Sebagai "penutup" kromosom, telomer terdiri atas rangkaian DNA berulang dan protein yang menjaga kestabilan genetik. Seiring setiap siklus pembelahan sel, telomer akan memendek, menjadikannya indikator penting untuk mengukur usia biologis sel.

Baca Juga: Jaringan Modern Tak Terelakkan di Era AI

Pengukuran berkala menunjukkan peserta yang mendapat vitamin D mengalami laju pemendekan telomer yang lebih lambat ketimbang kelompok plasebo. Sementara itu, omega-3 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Manfaat tersebut secara kuantitatif setara dengan penundaan proses penuaan biologis sekitar tiga tahun.

"Temuan ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D yang terarah dapat menjadi strategi menjanjikan untuk memperlambat penuaan biologis, meski riset lanjutan tetap diperlukan," tutur Haidong Zhu, pakar genetika molekuler dan penulis utama studi Medical College of Georgia.

Meskipun demikian, Mary Armanios, Profesor Onkologi dan Direktur Telomere Center Johns Hopkins University, menilai penelitian ini masih perlu diragukan.

Ia mengingatkan bahwa panjang telomer memiliki rentang normal di setiap usia dan teknik qPCR (quantitative Polymerase Chain Reaction) rentan terhadap faktor pra-analitik seperti suhu dan prosedur pengambilan sampel. (*)

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB