Krjogjacom - YOGYA— Data kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta kini tidak lagi hanya tersimpan dalam laporan, tetapi mulai “berbicara” dan mendorong lahirnya kebijakan berbasis bukti.
Hal ini berkat program pelatihan Optimalisasi Analisis dan Visualisasi Data Berbasis Infografis yang digelar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM selama tiga hari, 5–7 Agustus 2025.
Sebanyak 40 petugas dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-DIY dan tingkat provinsi dibekali keterampilan mengolah dan menyajikan data secara menarik melalui Tableau, infografis, hingga storytelling berbasis bukti. Program pengabdian masyarakat ini merupakan kolaborasi tiga departemen di FK-KMK—Biostatistik, Epidemiologi & Kesehatan Populasi; Kebijakan & Manajemen Kesehatan; serta Perilaku Kesehatan, Lingkungan & Kedokteran Sosial.
Baca Juga: Empat Buku Karya Alumni UGM Diluncurkan pada Sastra Bulan Purnama edisi 167
Pelatihan digelar untuk menjawab tantangan ganda dunia kesehatan saat ini: meningkatnya kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes, serta ancaman penyakit menular seperti TBC dan demam berdarah. Dengan visualisasi dan narasi berbasis data, para petugas diharapkan mampu menyusun advokasi kebijakan yang lebih kuat dan tepat sasaran.
Kegiatan berlangsung interaktif dan aplikatif. “Data yang baik tidak cukup hanya tersimpan rapi. Ia harus divisualisasikan dan disampaikan dengan cara yang memikat agar bisa mendorong perubahan,” tegas dr. Vicka Oktaria, MPH, Ph.D., FSRPH selaku Ketua Pengabdian Masyarakat saat membuka acara.
Hari pertama pelatihan berfokus pada manajemen dan visualisasi data menggunakan data lokal. Hari kedua peserta belajar membuat narasi dan promosi berbasis bukti melalui studi kasus. Hari ketiga ditutup dengan simulasi advokasi melalui roleplay dan debat, guna melatih kepercayaan diri dalam menyampaikan data kepada pemangku kebijakan.
Baca Juga: Mahasiswa KKN-PPM UGM Karsa Srono Ajak Warga Olah Limbah Pertanian
Pelatihan ini menunjukkan hasil yang signifikan: nilai rata-rata peserta meningkat dari 85,80 menjadi 96,60—terjadi kenaikan 10,8 poin secara statistik. Peserta juga memberikan respons positif dan berharap kegiatan serupa terus berlanjut dengan materi lanjutan seperti analisis tingkat lanjut atau visualisasi berbasis peta.
“Sangat menyenangkan. Bisa belajar Tableau yang langsung bermanfaat untuk visualisasi data di tempat kerja. Kami juga jadi lebih memahami cara interpretasi dan storytelling data agar lebih mudah diterima,” ujar Shofi Nazilatur Rizqi dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY.
Sementara itu, Siska Nur Aisyah Rohman dari Dinas Kesehatan Bantul berharap agar pelatihan tahun depan dapat mencakup topik seperti Stata atau aplikasi Kobo untuk mempermudah Penyelidikan Epidemiologi (PE).
Diharapkan, melalui keterampilan baru ini para petugas—baik surveilans, analis data, promosi kesehatan, perencana, maupun penanggung jawab program—mampu menyajikan data kesehatan secara lebih efektif. Pada akhirnya, pengolahan data yang baik akan mempercepat pengambilan keputusan dan memperkuat kebijakan pengendalian penyakit di wilayah DIY. (*)