KEPRIHATINANNYA terhadap kondisi hutan, membuat MPM PP Muhammadiyah sigap menyingsingkan lengan baju. Lewat Program Kemakmuran Hijau Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat, MPM menabuh genderang menyelamatkan hutan Indonesia.
Bekerja sama dengan Millenium Challenge Account - Indonesia (MCA-I) dan Yayasan Kehati, mereka melakukan kegiatan dengan  dua fokus.  Pertama, pengurangan emisi karbon dengan on farming.
Di sini mereka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk budidaya tanaman hutan non-kayu : lada, karet, gaharu dan empon-empon. Tujuannya jelas, meningkatkan produktivitas tanaman hutan non-kayu. Kedua, pengurangan kemiskinan dengan kegiatan off farming yakni meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penguatan kelembagaan ekonomi kelompok dan perluasan jaringan usaha.
Berau dengan 3 kampung itu dipilih bukan tanpa pertimbangan. Adalah realita,  Kabupaten Berau menghasilkan lebih dari 21 MtCO2 emisi pertahun atau sekitar 10% total emisi Kalimantan Timur. Mengutip data McKinsey (2010), Project Manager Program Kemakmuran Hijau MPM PP Muhammadiyah, Muttaqien menyebutkan bila  laju kepunahan hutan di Berau lebih dari 24.000 hektare hutan per tahun.
“Sektor kehutanan bertanggung jawab atas punahnya emisi lebih dari 10 MtCO2 pertahun, terutama akibat  pembalakan tak ramah lingkungan dalam konsesi HPH,†jelasnya. Pilihan pada tiga kampong (setara desa) di Berau inilah akhirnya dilakukan.
Pemilihan lokasi binaan dilakukan dengan dukungan (MCAI) dan Yayasan Kehati. Bukan hal mudah. Data pemerintah 2016 sebut Muttaqin,  ada 25.863 desa yang berada di kawasan hutan. Dari jumlah itu, 71% menggantungkan hidup dari sumberdaya hutan dan diperkirakan terdapat 10,2 juta  jiwa dalam kondisi miskin.
“Tentu bukan persoalan mudah memilih 2-3 desa untuk kita dampingi. Apalagi kami berharap, warga inilah kelak yang akan menebarkan pemahaman baru sebagaimana kita sampaikan dalam menjaga ekosistem,†ungkap Muttaqien dan Ketua MPM PP Muhammadiyah, Dr M Nurul Yamin, terpisah.
Upaya yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah bekerja sama dengan MCA dan Kehati tentu dengan tujuan. Yang paling utama adalah turutserta menjaga kelestarian hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia. Jadi upaya ini sejatinya merupakan sebuah bagian perencanaan pengelolaan hutan yang dilakukan bersama-sama.
Dan hal ini bisa akan memiliki kesinambungan kalau masyarakatnya bukan hanya dibantu namun juga diberdayakan. Sehingga mereka-lah kelak yang justru akan menjaga kelestarian hutannya.
Karena mereka yang tahu mana hutan yang harus dipelihara dan mana yang bisa diolah untuk industri. Untuk menjaga dan melestarikannya, masyarakat sekitar hutan tentu tidak bisa dibiarkan miskin.
Mengurangi kemiskinan yang masih menjadi problem besar Bangsa Indonesia adalah tujuan jangka jauhnya. Memberdayakan masyarakat sekitar hutan secara luas, adalah jangka pendeknya.
Keberdayaan dan pemahaman pengelolaan serta pemanfaatan hutan tentu akan sedikit banyak mengurangi kemiskinan masyarakat. “Mereka perlu diajak mengenal kembali keunggulan lokal yang selama ini menjadi potensinya, dan mungkin terlupakan. Penanaman rempah-rempah serta empon-empon cocok dan  potensial di wilayah itu namun selama ini agak terabaikan. Untuk itulah kami mengulik dan mengajak mereka kembali menanam bahkan kelak memasarkan,†sebut Yamin.