Retrospeksi Klowor: Menghidupkan Kembali Kanvas yang Mati

Photo Author
- Selasa, 17 Desember 2019 | 02:31 WIB
Pameran Retrospeksi Klowor. (Foto: Siti Halida Fitriati/ UIN Sunan Kalijaga)
Pameran Retrospeksi Klowor. (Foto: Siti Halida Fitriati/ UIN Sunan Kalijaga)

BERJALAN menyusuri gedung Jogja Gallery, Klowor Waldiyono menceritakan histori hidupnya yang tersketsakan di atas kanvas yang sudah hidup bersamanya sejak awal ia menjadi seniman, yakni tahun 1990-an. Perjalanan itu ia ceritakan sesaat setelah mengakhiri sesi konferensi pers "Pameran Retrospeksi Klowor" pada Senin (16/12/2019).

Di bagian depan Jogja Gallery, awak media disambut dengan lukisannya berjudul Doa-Doa yang menampilkan seseorang dalam pembaringan terakhirnya. Lukisan itu menjadi penyambut paling historikal yang ditampilkan Klowor. Rupanya, sosok yang terbaring dalam lukisan tersebut adalah ibundanya. Terdiri dari garis-garis hitam di atas kanvas putih, Klowor berhasil menyuntikkan sejarah mengenai kasih ibunya di atas kanvas.

Ke hadapan awak media, pria kelahiran 31 Januari 1968 itu bercerita bagaimana ia menghidupkan semua karya-karyanya yang sudah hampir "mati" itu. Seniman lulusan ISI tahun 1989 itu memang dikenal sebagai seniman multi-material. Ia tak segan jika memang harus melukis di atas bungkus makanan sekalipun.

"Bagi saya, dengan material apapun, kita tetap bisa berkarya. Walaupun dengan kertas bekas atau bungkus makanan," katanya.

Gedung Jogja Gallery yang berada di jantung kota Yogyakarta tepat di sebelah Utara Alun-Alun Utara kota diubahnya ke dalam enam sketsa. Lukisan-lukisannya di atas kertas bekas itu ia pamerkan pada sketsa ke-lima. Tidak ada coretan cat dalam lukisan tersebut, bahkan pena di atas kertas kusam pun menjadi bernilai. Lukisan-lukisan itu berwarsa 90an hingga 2000an. Walau dibuat di masa lampau, lukisan itu tetap indah dipandang.

Pameran Retrospeksi ini merupakan upaya Klowor dalam mempertahankan karya-karyanya menjadi rangkaian arsip yang memengaruhi separuh kehidupannya. Ia ingin menjadikan pameran arsip ini sebagai kilas balik perjalannya sebagai seniman lukis selama 30 tahun.

Melalui pameran ini, seniman yang sudah memiliki karya hampir sebanyak 140an item itu hendak mengajak seniman atau penikmat seni, bahwa seni yang ada adalah untuk dinikmati, dirawat dan dijaga seperti apa yang dilakukannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X