Selasa Wage Semarak, Malioboro Jadi Panggung Budaya Terpanjang

Photo Author
- Rabu, 2 Oktober 2019 | 09:30 WIB

MASYARAKAT maupun wisatawan Nusantara (Wisnus) dan wisatawan mancanegara (Wisman) tetap antusias menyambut program Selasa Wage (1/10/2019) yang sekaligus menjadi ajang uji coba kawasan semi pedestrian Malioboro. Beragam atraksi seni dan budaya hingga sebagai ajang berswafoto, berjalan kaki, bersepeda dan lain-lain, tumpah ruah di Malioboro yang akan dihidupkan sebagai panggung terpanjang dengan fokus pada ruh kebudayaanya. 

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY atau Kundha Kabudayan Aris Eko Nugroho menyampaikan, pihaknya berusaha menghidupkan Malioboro sebagai panggung terpanjang dengan nuansa kebudayaan yang berada di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Hal itu menjadi fokus Kundha Kabudayan bersama Dinas Pariwisata DIY sebelum berbicara mengenai atraksi-atraksi pariwisata yang dapat ditampilkan di sepanjang Malioboro ke depan. 

"Yang paling penting, kita berusaha memunculkan roh-roh budaya terlebih dahulu. Kebetulan DIY punya 56 desa budaya, dimana setiap desa budaya itu mempunyai karakteristik keunggulan maupun ciri khas masing-masing. Kami berharap itu bisa ditampilkan tidak hanya di desa bersangkutan, tetapi bisa dikenal masyarakat luas salah satunya dalam ajang Selasa Wage ini," papar Aris kepada KRjogja.com di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Selasa (1/10/2019). 

Sebagai panggung terpanjang, Aris menekankan setiap venue atau titik di sepanjang Malioboro harus mempunyai keunggulan masing-masing. Kundha Kabudayan DIY biasanya menunggu masyarakat atau komunitas yang ingin ikut serta tampil di pangggung terpanjang tersebut. Tetapi, harus ada kuratorial atraksi yang ditampilkan.

"Sementara ini belum kami ada kuratorial, semua kami wadahi tetapi harus menginformasikan atraksi yang ditampilkan di belasan venue dengan titik poin di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, depan Gedung DPRD DIY, depan gerbang Kepatihan sisi Barat serta di Perpustakan dan depan Pasar Beringharjo," tandasnya.

Aris menegaskan, Kundha Kabudayan, Dispar DIY dan Pemkot Yogyakarta yang akan berkoordinasi terkait kuratorial atraksi-atraksi yang akan ditampilkan pada setiap Selasa Wage di Malioboro. Selama konsepnya belum begitu jelas, pihaknya memberanikan diri menampilkan berbagai atraksi seni dan budaya dalam Selasa Wage tanpa kuratorial terlebih dulu.

"Kita menjaga jangan sampai atraksi yang ditampilkan justru bukan budaya dari Yogyakarta maupun budaya lokal Indonesia. Kami benar-benar fokus untuk menghidupkan Malioboro sebagai panggung terpanjang dengan ruh kebudayaan," tambahnya.

Meski uji coba kawasan semi pedestrian sudah beberapa kali dilaksanakan, antusiasme masyarakat untuk memanfaatkan momentum Selasa Wage masih tinggi. Suasana Malioboro yang bersih, nyaman dan bebas polusi kendaraan bermotor menjadi salah satu pertimbangan pengunjung untuk datang di kawasan semi pedestrian tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X