KRjogja.com - SEMARANG - Seniman tari asal Kota Semarang Dr Yoyok Bambang Priyambodo kembali menampilkan Tari Topeng karya ciptanya berjudul 'Patmo Pancer' di Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta pada Selasa, 5 September 2023 lalu.
Tari Topeng ini cukup menarik perhatian publik karena muatan filosofi dan pesan akan karakter kepemimpinan yang menjadi pertaruhan masa depan Indonesia.
Disajikan sendiri oleh Yoyok didukung tim Sanggar tari Greget Semarang, Tari Topeng 'Patmo Pancer' mendapat apresiasi publik seni di Surakarta dan Jawa Tengah pada umumnya.
Baca Juga: Kasus TKD di Maguwoharjo dan Candibinangun Masuk Penyidikan
Yoyok mengatakan bahwa tari yang dibawakan tidak sekadar tontonan atau hiburan semata, namun keberadaannya merupakan sebuah tuntunan budi pekerti dan patuladan tentang hidup yang bermakna menghidupi, baik lahir maupun batin.
"Di sisi lain bahwa sedulur papat lima pancer bagi seorang pemimpin mampu menyikapi perilaku yang baik, bijaksana, jujur, melindungi dan mengutamakan kebutuhan masyarakat," tandas Dr Yoyok Bambang Priyambodo.
Menurutnya, Beksan Topeng Patmo Pancer iku mlakune anun jaman kelakone, bahwa Tari Topeng Patmo Pancer itu selalu berkembang mengikuti lakunya jaman.
Dalam sarasehan Tari Patmo Pancer yang digelar usai pementasan, Yoyok mendapat apresiasi.
"Saya menilai apa yang ditampilkan cukup bagus, rapi dan tertekstur runtut dalam struktur koreografi tari tradisi, meskipun dikembangkan dengan gaya khas yang dimiliki," kata Djarot Budi Darsono, koreografer asal Surakarta.
Baca Juga: Dijerat UU Darurat RI, Pelaku Tenteng Samurai di Kantor Bupati Sukoharjo Ditangkap
Djarot menambahkan bahwa karya tari tidak tiba-tiba muncul dalam hitungan hari, bulan atau 1 hingga 2 tahun, namun melalui proses panjang latihan gerak dan olah pikir.
Di sini baru terungkap, bahwa Yoyok mengalami proses panjang dan tidak bisa dipandang sebelah mata karena diasah oleh para empu-empu tari hebat seperti S Maridi, Sunarno SKar, Wahyu Santosa Prabowo SKar MS, Dr S Parmadi, Dr Daryono dan para tokoh topeng seperti Safitri, Made dan termasuk Djarot Budi Darsono.
Yoyok juga pernah menjuarai Lomba Tari Kelono Topeng dan Tari Bambangan Cakil Tingkat Jawa Tengah. Bahkan banyak pula pentas dilakukan antara lain di Belanda, Singapura hingga Jepang.
Di hadapan publik yang ikut sarasehan, Yoyok mengungkapkan bahwa Patmo Pancer terdiri dari kata PAT yang berarti Papat atau Empat dan MO berarti Limo atau Lima, sedangkan Pancer berarti menyatunya Empat atau Papat menjadi satu. Dalam karya Tari ini, Patmo Pancer merupakan pengejawantahan dari Sedulur Papat Limo Pancer yaitu adanya kakang kawah atau air ketuban, adi ari-ari atau plasenta, pinang getih atau darah, puser atau pusar. Sedangkan pancer adalah diri sendiri. Sementara topeng sebagai properti yang berfungsi menutupi dan merupakan replika wajah untuk mengungkapkan karakter dari Sedulur Papat Limo Pancer tersebut dalam sebuah peran.