Krjogja.com, SLEMAN - Rumah DAS (Dyan Art Studio) menggelar pameran seni instalasi bertajuk Tur Berbisik, pameran ini merupakan hasil dari riset dan residensi mini yang berlangsung dari bulan Juni-Oktober.
Difokuskan pada ruang – ruang sosial dan budaya yang berkembang di Condongcatur, dan dipresentasikan di ruang pamer Rumah DAS pada 5 November hingga 5 Desember 2023.
”Dyan Art Studio ini merupakan wujud dari keinginan saya untuk memberikan ruang dan wadah bagi seniman di daerah utara. Selama ini saya lihat rumah seni atau galeri banyak yang berada di wilayah Yogya selatan," ungkap Dyan Anggraini pemilik Rumah DAS.
Baca Juga: Korupsi BTS Kominfo Rugikan Negara Rp 8 Triliun, Sungguh Terlalu!
Ia melanjutkan, masih jarang yang di daerah utara padahal banyak seniman yang berdomisili di daerah utara, diawali dengan pameran Matahari pada Juli lalu, semoga Rumah DAS bisa bermanfaat bagi seniman dan masyarakat.
Pada pameran Tur Berbisik #1 kali ini Rumah DAS melibatkan 5 perupa yang di antara mereka berkolaborasi dengan beberapa dusun dan pemuda di sekitar Condongcatur.
“Dalam pameran ini kita memang sengaja mengeksplorasi Condongcatur, tempat dimana saya tinggal. Dan ternyata wilayah ini mempunyai banyak potensi, kultur budaya, urbanisme yang belum banyak diketahui orang,” jelas Dyan.
Baca Juga: Almamater Bangunkan Kantin Megah di SMK Dr.Sutomo Temanggung
Tur Berbisik bisa dimaknai dengan beberapa arti, Kata Tur merujuk pada dua arti yaitu, sebagai tempat ia merupakan potongan dari kata terakhir dari Condongca(tur) lokasi di mana Rumah DAS didirikan.
Sedangkan dalam arti lanjutan kata ini merujuk pada banyak hal di sekitar kita, seperti Tur: pitutur; nasihat, tur (keliling), teratur, literatur, matur, berbisik pelan mencari informasi, gestur, kostur, lentur, multikultur, struktur, agrikultur, guntur, hatur, dst.
Kata-kata tersebut hadir bukan saja sebagai kata-kata, tetapi membungkus landskap dari “Kultur Urban” di wilayah ini.
Baca Juga: Peretasan Malvertising, Waspada Iklan Google Palsu
Sedangkan Berbisik, dapat dipahami sebagai suatu aktivitas dari berkata perlahan-lahan, dan berbuat sesuatu dengan gerak yang halus, nyaris diam, tapi terus berjalan menggunakan kacamata kuda.
Berbisik juga sebagai upaya mawas diri atas situasi dan fenomena pergerakan urban yang semakin cepat, yang mampu merubah geografis dan pola-pola masyarakat rural menuju future city.