Pentas Ki Gedhe Pramudito Dalang Cilik Binaan Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta

Photo Author
- Minggu, 26 November 2023 | 23:10 WIB
  Pramunditya Ahimsa Untoro (14 tahun) yang sedang tampil ndalang di SMPN 15 Yogyakarta Jumat (24/11/2023).
Pramunditya Ahimsa Untoro (14 tahun) yang sedang tampil ndalang di SMPN 15 Yogyakarta Jumat (24/11/2023).


_Sruhmahwayut
Sang yaksendra gorupa
Mangeses kadi angin_
… … …

Terdengar suara khas remaja sulukan wayang. Tidak terlalu merdu, tetapi cukup sesuai dengan laras suara gamelan. Itulah suara Pramunditya Ahimsa Untoro (14 tahun) yang sedang tampil ndalang di SMPN 15 Yogyakarta Jumat (24/11/2023) pukul 18.30 hingga 20.00 WIB pada Pekan Projek Penguatan Pelajar Pancasila (P5).

Hebatnya, seluruh pementasan wayang ini didukung oleh remaja seusia Tio (panggilan akrab Pramunditya Ahimsa Untoro) mulai dari penabuh gamelan hingga sinden. Malah, terlihat ada Alfariel Augusto Wijonarko, dalang cilik kelas 5 SD Baciro, Yogyakarta yang membantu menggebuk drum pementasan wayang tersebut. Tio dan Fariel adalah binaan Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta. Hanya ada satu orang dewasa yang menjadi pengendang pada pementasan ini. Ia adalah Ki Gunawan, dalang wayang kulit yang sekaligus pensiunan guru pedalangan SMKI.

Baca Juga: Ada Apa Gus Iqdam dengan Krapyak?

Selama sepekan, Ki Gunawan melatih anak-anak menabuh gamelan, nyinden, dan juga melatih Tio mendalang. Saking gembiranya akan pentas bersama teman-temannya, Tio menjuluki dirinya sendiri sebagai Ki Gede Pramudhita.

Pementasan wayang yang digagas oleh Suryani. M.Pd, guru Seni Budaya SMPN 15 Yogyakarta ini menjadi meriah atas dukungan Kepala Sekolah, Drs. Siswanta, M.Pd., guru, dan semua orang tua kelas VII dan VIII. Kolaborasi dua angkatan ini melibatkan sekitar 600-an siswa.

Sebelum pentas wayang, sejak pukul 13.00 mereka menampilkan berbagai atraksi seperti tari, dolanan anak, sesorah, macapat, pranatacara, teater daerah, dan langen carita. Tidak ketinggalan, siswa-siswa lain juga jualan aneka jajanan dalam rangka praktik kewirausahaan.

Baca Juga: Viral Ngaku 'Imam Mahdi', Namanya Muhammad Maulana Ishaq

Rangkaian kegiatan ini sesuai dengan tema gelar Karya P5, yaitu Kearifan Lokal dan Kewirausahaan. Pentas yang berdurasi 1,5 jam ini membawakan lakon Sang Tetuko

Berawal dari kekisruhan kahyangan karena Prabu Nagapracona ngamuk lamarannya ditolak para Dewa. Dewa kalah semua. Akhirnya Bathara Guru mengutus Narada pinjam anaknya Arimbi, Tetuka, utk melawan Pracona. Tetuka digembleng di kawah candradimuka oleh Dewa hingga sakti dan tumbuh dewasa kemudian diberi nama Gatotkaca. Gatotkaca berhasi mengalahkan Pracona kemudian diangkat jadi Raja di Pringgondani.

Melihat kenyataan ini, Ratun Untoro, ayah Tio, menyatakan bahwa kita menjadi optimis bahwa bahasa dan sastra Jawa akan tetap terus lestari dan berkembang nut zaman kelakone. Bahkan, cita cita mewujudkan bahasa Jawa anjayeng bawana menjadi hal yang tidak mustahil. Hal ini tentu tidak lepas dari peran orang tua mendampingi anak-anaknya agar senantiasa mencintai dan bangga terhadap bahasa dan sastra Jawa.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X