seni-budaya

Tiga Dekade Berselang, Alumni Seni Grafis 1993 Gelar Reuni Pameran 'Jejak dan Resonansi' di Indie Art House

Minggu, 19 Oktober 2025 | 18:35 WIB
Suasana pameran bertajuk 'Reuni MISI GRAFIS ’93: Jejak dan Resonansi' (Ist)

Krjogja.com - YOGYA — Setelah hampir tiga dekade berpisah, sebelas alumni Seni Grafis Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 1993 kembali berkumpul dalam sebuah pameran bertajuk “Reuni MISI GRAFIS ’93: Jejak dan Resonansi”.

Pameran yang digelar di Indie Art House Yogyakarta pada 19–31 Oktober 2025 ini menjadi ajang bernostalgia sekaligus merayakan perjalanan panjang mereka sebagai seniman dan sahabat seperjalanan dalam dunia seni rupa.

Baca Juga: VIVA Apotek Raih Brand Indonesia Excellence Award 2025

Tahun 1990-an dikenal sebagai masa emas geliat seni rupa di Yogyakarta — masa ketika ruang-ruang pamer bermunculan, kelompok mahasiswa berinisiatif menggelar pameran mandiri, dan semangat kolektif menjadi identitas kuat.

Dari atmosfer inilah MISI GRAFIS lahir: sebuah kelompok mahasiswa Seni Grafis yang aktif berkarya dan berpameran sejak masih duduk di bangku kuliah.

Pameran pertama MISI GRAFIS digelar pada 1996 di Galeria Mall Yogyakarta, langkah yang kala itu dianggap berani karena membawa karya seni rupa ke ruang publik nontradisional.

Baca Juga: Pameran Art Fun PAS for Children, Kembangkan Kreativitas dan Imajinasi Anak

Setelah hampir 30 tahun, kelompok ini akhirnya kembali menandai kehadirannya di dunia seni lewat pameran kedua, kali ini dalam format reuni yang sarat makna.

Sebanyak 11 perupa turut serta menampilkan karya mereka, antara lain Agus Heru Prasetyo (Wons), Agung Hanafi Purboaji, Bambang Kusdirgo Nugroho (Gogo), Daru Sukamto, Eko Wibowo, Endang ‘Lies’ Suseno, Imam Ghozali, Priyo Utomo (Tommy), Soni Irawan, dan Susilo Dwi Murwanto.

Mereka menampilkan beragam karya grafis dan eksplorasinya — mulai dari cetak manual seperti linocut, fotografi, instalasi, hingga media campuran yang eksperimental.

Karya-karya tersebut menjadi jejak perjalanan pribadi sekaligus potret perubahan zaman: dari masa studio dan kertas cetak hingga era digital dan konsep lintas medium.

“Ini bukan sekadar reuni, tapi juga refleksi. Setiap goresan di pameran ini membawa ingatan akan semangat eksplorasi dan persahabatan yang tumbuh di studio tiga puluh tahun lalu,” ujar Agus Heru Prasetyo (Wons), salah satu peserta pameran.

Kurator sekaligus dosen Seni Grafis ISI Yogyakarta, Bambang “Toko” Wicaksono, yang membuka pameran ini, menyebut MISI GRAFIS 93 sebagai contoh ideal semangat kolektif yang mulai jarang dijumpai di generasi mahasiswa saat ini.

“Sekarang suasana kelas tidak lagi seerat era 90-an. Dulu, ikatan emosional dan sosial sangat kuat, dan itu yang melahirkan kelompok seperti MISI GRAFIS. Saya berharap generasi sekarang bisa belajar dari semangat mereka,” kata Bambang.

Halaman:

Tags

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB