>KARANGANYAR (KR)-
Penolak imunisasi menyampaikan berbagai alasan buah hati dibiarkan tanpa perlindungan vaksin kekebalan tubuh. Alasan itu disampaikannya ke Bupati Karanganyar saat orang nomor satu di Pemkab Karanganyar ini melakukan kunjungan di rumahnya di Desa Kemuning, Ngargoyoso, Selasa (2/7).
“Anak sulung pernah diimunisasi. Kali pertama enggak ada keluhan. Namun pada imunisasi kedua, badan panas tinggi. Beberapa bulan kemudian, imunisasi. Badan panas lagi dan tiga hari hanya menangis serta sulit tidur. Setelah itu, anak kedua dan ketiga enggak diimuniasi,†kata Tardi, warga Dusun Tanen Rt 01/Rw III Desa Kemuning, Ngargoyoso.
Bersama istrinya, ia menceritakan alasannya menolak imunisasi itu kepada Bupati Juliyatmono yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo serta petugas Puskesmas Ngargoyoso. Sebelumnya, Juliyatmono mengawali percakapan dengan menyapa dan menyampaikan maksud kedatangannya. Tim DKK membawa pula perangkat imunisasi dan lembar pernyataan bermaterai jika nekat menolak. Meski sudah dijelaskan manfaat imunisasi bagi anak, pendirian Tardi tak bergeming.
“Masih pikir-pikir. Masih ragu. Soalnya repot kalau anak rewel berhari-hari setelah disuntik. Padahal, saya kerja,†katanya.
Berlainan disampaikan Isni, seorang penolak imunisasi lainnya di desa tersebut. Phobia jarum suntik membuatnya memutuskan menjauhi vaksinasi.
“Suami membolehkan anak diimunisasi. Hanya saja saya itu takut sekali jarum suntik. Kalau saya saja takut, apalagi anak saya,†ujar wanita bercadar hitam ini.
Ia menanti suami, Takiudin, pulang dari bekerja, supaya mengantarkannya mengimunisasi anak.