Krjogja.com - MENJAGA asupan gizi seimbang menjadi kunci hidup sehat. Caranya dengan memperhatikan takaran gula, garam, dan lemak pada setiap masakan menjadi bagian dari asupan bergizi seimbang.
Mengingat pentingnya hal tersebut, PT Ajinomoto Indonesia (Ajinomoto) bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar webinar mengenai “Peran Umami dalam Pencegahan Hipertensi dan Perbaikan Gizi Terkait Anemia”, Senin (19/12/2022).
Webinar yang diikuti oleh lebih dari 600 peserta ini, dihadiri oleh para tenaga kesehatan, mahasiswa Politekes, Stikes, dan para tenaga kesehatan.
Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering timbul tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Faktanya, hipertensi merupakan penyakit metabolisme nomor 1 dengan jumlah penderita paling banyak di Indonesia, bahkan lebih banyak daripada jantung dan diabetes.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1% atau sekitar 63.309.620 orang di Indonesia terkena hipertensi. Hipertensi terjadi pada kelompok usia produktif yaitu 31-44 tahun sebesar 31,6%, usia 45-54 tahun sebesar 45,3%, dan usia 55-64 tahun sebesar 55,2%. Hipertensi bahkan menduduki posisi teratas dari 10 penyakit Penyebab Utama Kematian Nasional (Indonesia) 2019.
“Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, hampir sebagian besar orang tidak sadar kalau mereka menderita hipertensi. Untuk mencegah hipertensi, kemenkes juga menganjurkan untuk CERDIK: Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress,” ujar Nazhif Gifari, ahli gizi yang menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut.
Makanan asin dengan tinggi garam menjadi salah satu penyebab hipertensi. Data Riskesdas RI mengatakan bahwa sebesar 29.7% orang Indonesia mengkonsumsi makanan asin yang tinggi garam lebih dari 1 kali per hari. Untuk mengurangi konsumsi garam, Kementerian Kesehatan RI menganjurkan anjuran Batas Konsumsi garam adalah 2000 mg natrium atau setara dengan Garam 1 sendok teh (sdt) /orang /hari (5 gram/orang/hari). Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH DIET) juga dapat digunakan untuk pencegahan dan manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, susu rendah, lemak dan hasil olahnya serta kacang- kacangan. Konsumsi garam yang berlebihan bisa mengakibatkan diabetes, hipertensi, stroke, gagal ginjal, dan serangan jantung.
Melihat risiko yang dapat diakibatkan oleh asupan garam berlebih, Ajinomoto merasa perlu untuk memberikan edukasi ke masyarakat pentingnya bijak dalam penggunaan garam melalui kampanye “Bijak Garam” yang sedang digiatkan. Banyak masyarakat yang masih sulit untuk mengurangi garam, karena berpendapat bahwa makanan dengan garam yang lebih sedikit rasanya menjadi kurang enak. Mengurangi penggunaan garam dapat disiasati dengan menambahkan MSG agar rasa masakan tetap enak. Rasa yang tetap enak ditimbulkan dari rasa umami yang terkandung dalam MSG.
MSG adalah garam sodium dari asam glutamat. MSG bukan zat yang asing bagi tubuh. Asam glutamat termasuk asam amino non esensial yang bisa diproduksi sendiri oleh tubuh di hati serta banyak terdapat pada makanan yang mengandung protein. Mengapa MSG baik untuk diet rendah garam? Kandungan Natrium dalam MSG hanya 1/3 dari kandungan Natrium dalam garam.
Sumber rasa UMAMI yang terkandung dalam MSG, dapat membantu meningkatkan cita rasa dari makanan yang dikurangi rasa asinnya. Natrium yang terkandung di garam sebesar 39%, sehingga 1 gram Garam mengandung 400 mg natrium.
Sedangkan natrium yang terkandung pada MSG sebesar 12% yang berarti 1 gram MSG mengandung 133 mg natrium. Dengan mengurangi takaran garam yang biasa ditambahkan pada masakan (misalnya biasanya menambahkan 2 sdt garam, kurangi menjadi 1 sdt garam) dan dengan menambahkan ½ sdt MSG. Pengurangan penggunaan garam dengan cara tersebut dapat membantu mengurangi asupan natrium hingga >30%, namun masakan tetap enak.
“Terapkan gizi seimbang, batasi asupan makanan dan minuman yang tinggi gula, garam dan lemak, tingkatkan konsumsi sayur dan buah serta serat setiap hari, biasakan olahraga dan lakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap harinya, kendalikan stress, hindari rokok dan minuman berakohol, istirahat yang cukup, intervensi tenaga medis dan public health diperlukan untuk mendampingi perubahan gaya hidup sehat sehingga dapat dipertahankan serta perubahan lingkungan yang dapat mendukung konsumsi makanan gizi seimbang. Yuk, kita terapkan gaya hidup sehat dengan menjalankan point-point yang saya sebutkan tadi,” ujar Nazhif Gifari, menutup diskusi pertama webinar hari itu.
Masih terkait pola makan, angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Penyakit anemia adalah masalah kesehatan yang terjadi saat jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah normalnya, sering dikenal dengan penyakit kekurangan sel darah merah.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik. Anemia bisa terjadi pada siapa saja, baik pria dan wanita. Bahkan, anemia bisa terjadi selama masa kehamilan. Anemia pada wanita hamil bisa menyebabkan terjadinya komplikasi seperti gangguan pertumbuhan janin, memicu persalinan premature, hingga keguguran.