DETEKSI dini merupakan upaya terbaik dalam menghadapi kanker termasuk kanker serviks. Sayang, jumlah perempuan yang melakukan deteksi dini kanker serviks baru 5 persen di seluruh Indonesia seperti disampaikan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dwi Listyawardani.
"Deteksi dini untuk melihat kemungkinan adanya gejala kanker mulut rahim itu baru sekitar 5 persen dari seluruh wanita yang eligible yang harus memeriksakan diri di seluruh Indonesia. Masih sangat sedikit," kata wanita yang karib disapa Dani kepada wartawan.
Rendahnya angka deteksi dini kanker mulut rahim, kata Dani ada dua penyebab utamanya. Yakni ketidaktahuan dan kesadaran masyarakat yang masih minim terhadap pencegahan penyakit itu. Sehingga dibutuhkan sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks, baik dengan tes IVA atau papsmear.Â
Menurut dia, peran Tim Penggerak PKK yang anggotanya perempuan yang sudah menikah sangat efektif bila dioptimalkan dengan tepat. Pemeriksaan IVA ataupun papsmear untuk deteksi dini kanker serviks sangat dianjurkan bagi perempuan yang telah melakukan hubungan seksual.
Dani menyarankan perempuan untuk melakukan deteksi dini, minimal dengan tes IVA yang paling mudah dilakukan dan bisa didapatkan di puskesmas. Apalagi,Â
"Untuk pemeriksaan IVA pembiayaannya kan sudah dijamin oleh BPJS, ya. Jadi mereka yang sudah menjadi anggota BPJS sebetulnya bisa melakukan pemeriksaan ini. Dilakukan satu tahun sekali paling tidak," kata Dani.
Kanker mulut rahim merupakan penyakit kanker tertinggi kedua yang acap diidap oleh perempuan Indonesia setelah kanker payudara. Kanker serviks juga berkaitan dengan tingginya perkawinan anak di Indonesia.