"Bulan Mei 2019 dilaporkan seorang warga negara Nigeria menderita cacar monyet, saat mengikuti lokakarya di Singapura. Saat ini pasien dan 23 orang yang kontak dekat dengannya diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut,†jelas Anung.
Padahal pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet, wajib segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejalanya.
Seperti demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari tiga minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala), cacar monyet biasanya 6-16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5-21 hari. Gejala lain yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.Â
Penderita cacar monyet juga akan mengalami ruam pada kulit muncul pada wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga tiga minggu sampai ruam tersebut menghilang.
Sayangnya, sebut Anung, tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus cacar monyet. Namun pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.
"cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14-21 hari," tuturnya.
Sementara itu, proses penularan penyakit ini dapat dicegah. Cara paling penting adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti tidak lupa cuci tangan dengan sabun. Hindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.