MASYARAKAT Indonesia digegerkan dengan beredarnya kabar bahwa salah satu obat nyeri sendi (reumatik) Viostin DS mengandung deoxyribo senucleic acid (DNA) babi. Hal ini tentunya membuat banyak pihak khawatir dan was-was dengan efek samping yang bakal ditimbulkan.
Bicara mengenai obat nyeri sendi itu sendiri, sepertinya sudah banyak orang yang percaya pada obat tersebut. Terlebih mereka yang sudah berumur, yang mana itu memang segmen pasar dari obat yang banyak ditemukan di pasaran tersebut.
Nah, dengan hadirnya kabar ini, banyak dari mereka yang akhirnya khawatir akan dampak bagi kesehatan dan mempertanyakan bagaimana bisa obat yang sudah banyak dipasaran itu mengandung DNA babi.
Tapi, jika menelisik lebih jauh mengenai kandungan DNA babi di sebuah obat, ada beberapa penjelasan ilmiah dari beberapa ilmuwan berikut ini. Dijelaskan dari sisi ilmu pengetahuan mengapa akhirnya dunia medis termasuk dermatologi, kardiologi (jantung), dan beberapa bidang lainnya kadang menggunakan babi sebagai model penelitiannya.
Dilansir dari beberapa referensi, dijelaskan para Ilmuwan dari Natural Institute of Health bahwa bukan sesuatu yang asing lagi jika babi diikutsertakan dalam penelitian ilmiah. Sebab, ternyata sistem biologi babi sebenarnya sangat mirip dengan manusia.
Bahkan, Ilmuwan Gen Craig Venter yang bermitra dengan United Therapeutics Corp mengembangkan paru babi yang cocok untuk tubuh manusia.
Perlu Anda ketahui bahwa sudah sekitar 34 tahun ilmuwan menggunakan babi dalam bidang kedokteran ini. Bahkan, para ilmuwan mampu menumbuhkan kembali otot kaki manusia menggunakan implan yang dibuat dari jaringan kantung kemih babi.
Alasan lain yang mungkin membuat produsen obat menyisipkan DNA babi bisa dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan dr. Michael Swindle, penulis buku Swine in The Laboratory. Dimana, penelitian itu menjelaskan bahwa babi memiliki sejumlah kesamaan anatomi dan fisiologi dengan manusia sekalipun sistemnya berbeda.