Krjogja.com - Jakarta - Apabila ada cara untuk mengetahui kesehatan organ hati dengan cepat, aman, dan tanpa merasa sakit, pasti akan menjadi kabar baik bagi banyak orang, khususnya yang peduli dengan kesehatan. Inilah mengapa elastografi hati menjadi suatu topik yang menarik dan penting untuk dibahas lebih lanjut.
Menurut dr. Saut Horas H. Nababan, Ph.D., Sp.PD-KGEH, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterohepatologi yang aktif melayani pasien di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, elastografi hati adalah metode pemeriksaan non-invasif yang sudah rutin digunakan di MRCCC terutama pada pasien dengan penyakit hati kronis.
Baca Juga: Prediksi Liga Champions PSG vs AC Milan: Adu Kekuatan Dua Penguasa
Secara sederhana, alat ini mengukur kekakuan hati yang secara tidak langsung dikaitkan dengan derajat fibrosis hati. Jadi dengan menggunakan alat ini, dokter bisa menilai apakah sudah terdapat komplikasi dari penyakit hati kronis yang diderita pasien.
“Jadi, alat ini bisa digunakan pada kasus-kasus seperti infeksi virus hepatitis B dan C, sirosis, penyakit hati alkoholik, penyakit hati non-alkoholik, dan penyakit hati yang terkait gangguan metabolik. Pemeriksaan ini juga berguna dalam memantau perkembangan penyakit hati akibat obat-obatan atau autoimun,” lanjut dr. Saut.
Dia menjelaskan elastografi hati memiliki beberapa keuntungan, di antaranya adalah:
a. Tidak invasif: Tidak ada penyisipan jarum atau pemotongan yang diperlukan.
b. Tidak menyakitkan: Pasien tidak akan merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit selama pemeriksaan.
c. Dapat menilai derajat fibrosis dan derajat perlemakan hati.
Baca Juga: Ciptakan Solusi PLTS, SMKN 7 Semarang Juara SIC 2023
"Perbedaan elastografi hati dan USG terletak pada informasi yang diberikan. Pemeriksaan USG secara umum menilai struktur dan kondisi organ, sementara elastografi hati menilai derajat fibrosis dan perlemakan hati,” ujar dr. Saut.
Lebih lanjut dr. Saut menjelaskan, waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan elastografi hati singkat sekitar 5-10 menit dan hasil pemeriksaan dapat dilihat langsung oleh pasien. Hasil pemeriksaan dapat membantu dokter dalam mendiagnosis, menentukan tingkat keparahan penyakit hati, merencanakan perawatan, serta memantau perkembangan pasien selama pengobatan.
Baca Juga: Bakal Rombak Pemain, Pelatih PSS Pelajari Video Pertandingan Persib
Pola Hidup untuk Mencegah Perlemakan Hati
Berikut merupakan beberapa tips yang dibagikan oleh dr. Saut sebelum mengakhiri sesi wawancara terkait dengan apa yang bisa kita upayakan agar meminimalisir terkena penyakit perlemakan hati:
1. Pertahankan berat badan yang sehat: Jika kelebihan berat badan atau obesitas, penurunan berat badan secara bertahap dengan mengombinasikan diet sehat dan olahraga dapat membantu mengurangi penumpukan lemak di hati.
2. Olahraga teratur: Menjalani kegiatan fisik secara teratur dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi lemak di hati.
3. Pola makan sehat: Fokus pada makanan yang seimbang dengan menghindari makanan yang tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan garam berlebih. Makanan yang tinggi serat, seperti buah-bahan, sayuran, dan biji-bijian, dapat membantu memperbaiki metabolisme tubuh.
Baca Juga: BI Perluas Penggunaan QRIS ke Jepang sampai Korea Selatan
4. Mengelola resistensi insulin: Penting untuk mengontrol kadar gula darah dengan mengikuti diet rendah karbohidrat dan menjaga pola makan seimbang.
5. Konsumsi alkohol secara bertanggung jawab: Pengurangan atau menghindari konsumsi alkohol secara keseluruhan akan membantu menjaga kesehatan hati.