Krjogja.com - Nusa Dua - RS Siloam Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center Semanggi (MRCCC), yang merupakan salah satu rumah sakit kanker terbaik di kawasan Asia Pasifik, mendapatkan kepercayaan menjadi official healthcare partner dalam penyelenggaraan Asia Pacific Breast Cancer Summit (APBCS) 2024.
Pertemuan yang telah berlangsung dari tanggal 1 hingga 3 Maret 2024 lalu di Nusa Dua Convention Centre, Bali, Indonesia tersebut, menghadirkan para ahli dan peneliti global, regional, dan lokal untuk meningkatkan perawatan pasien kanker payudara, sesuai dengan temanya “Reaching New Heights in Breast Cancer Care”. Dalam kesempatan tersebut, sebanyak 10 (sepuluh) tenaga ahli dari MRCCC juga turut berpartisipasi baik sebagai pembicara maupun sebagai panelis.
Baca Juga: Ternyata Ada 37 Juta Perempuan Mengelola UMKM
Ketua Penyelenggara APBCS 2024 Dr. Shaheenah Dawood mengatakan selama lebih dari 12 tahun, APBCS telah berkembang menjadi platform utama di bidang manajemen kanker payudara di kawasan Asia Pasifik. Dampak dari APBCS telah bergema di berbagai wilayah Asia Pasifik dan Indonesia menandai babak baru dalam perjalanan APBCS yang ke-12 pada tahun 2024 ini.
"APBCS 2024 akan menjadi ajang pertemuan para ahli yang berdedikasi untuk mendorong batas-batas pengetahuan di bidang kanker payudara. Selain itu, kami pun menyambut gembira atas kontribusi MRCCC di ajang ini sebagai official healthcare partner dan mengutus para dokter ahlinya ke ajang APBCS 2024 untuk berbagi wawasan di bidang kanker payudara."
Baca Juga: Rakornas Penguatan Moderasi Beragama Wujudkan Indonesia Maju dan Bermaslahat
Sementara itu Direktur MRCCC dr. Adityawati Ganggaiswari, M.Biomed., MARS mengatakan asjang APBCS 2024 yang berlangsung dalam 3 (tiga) hari ini, mencakup sesi bedah onkologi, keperawatan onkologi, pencitraan, tinjauan Best of SABCS, dan diskusi mendalam tentang temuan-temuan canggih, perkembangan terkini, tumor molekuler, serta kasus-kasus yang menantang dalam APBCS.
"Untuk itu, kami merasa sangat perlu untuk turut berpartisipasi di ajang ini karena selalu ada temuan-temuan dan metode penanganan terbaru. Selain itu, kami pun sangat bangga dapat menjadi bagian dari APBCS 2024 sebagai official healthcare partner.”
Baca Juga: Bulan Ramadan Tiba, Saatnya Hunting Jajan Pasar yang Unik
Para tenaga ahli tenaga dari MRCCC yang turut hadir antara lain:
1. Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM sebagai pembicara dan panelis dengan topik “Standards of Care in Early TNBC”
2. DR. dr. Andhika Rahman, Sp.PD-KHOM sebagai pembicara dengan topik “Unique Issues in TNBC”
3. dr. Ralph Girson Gunarsa, Sp.PD-KHOM sebagai moderator dengan topik “Tumor Board 2: Challenging Cases in TNBC” dan sebagai chairperson pada sesi “Genomics for Breast Cancer”
4. DR. dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD-KHOM sebagai pembicara dengan topik dan “HR Positive HER2 Negative and Bone Metastasis: Genomic Point of View” dan “Do We Need or Not Need Adjuvant Chemotherapy in Hormonal Receptor Positive HER2 Negative EBC?”
Selain itu, hadir pula sebagai panelis 6 dokter spesialis dari MRCCC dan RS Siloam Denpasar Bali, yaitu dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD, KHOM, Dr. dr. Samuel Haryono, Sp.B(K)-Onk, dr. Alban Dien, Sp.B(K)-Onk, Dr. dr. Denny Handoyo, Sp.Rad-Onk, Dr. dr. Rini Andriani, Sp.N, Subsp.N-Onk(K), dan dr. Ni G.A. Arini Junita Putri Kardinal, Sp.PD-KHOM.
Baca Juga: Tata Cara Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan 2024, Lengkap Disertai Doa
Menurut Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, salah satu dokter ahli dari MRCCC Siloam yang menjadi panelis dan pembicara yang mengangkat topik Standards of Care in Early TNBC (Triple-negative breast cancer)” atau standar perawatan pada kanker payudara triple-negative kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum ditemui di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama kematian di kalangan wanita. Di Indonesia sendiri, Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sebesar 70% pasien kanker payudara telah memasuki stadium 3 saat terdeteksi.
Padahal, kata Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM prognosis kemungkinan hidup pasien kanker payudara rata-rata dalam 5 tahun bisa mencapai 90-95% pada Stadium 1, 70-75% Stadium 2, serta 10-25% Stadium 3 dan 4. Meskipun prevalensinya tinggi, deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini secara signifikan. "Tingginya angka prevalensi kanker payudara menunjukkan pentingnya deteksi dini, baik secara mandiri maupun medis."