KRjogja.com - JAKARTA - Penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk mulai mengkhawatirkan di seluruh dunia, khususnya infeksi demam berdarah yang meningkat tajam di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah beberapa waktu terakhir.
Karena itu perlu strategi pengendalian penyakit arbovirus, dengan mengeksplorasi perkembangan vaksin terkini, serta menerapkan surveilans genom global guna memantau efektivitas intervensi dan evolusi virus.
"Oleh karena itu pemerintah perlu menyusun strategi untuk mengatasi masalah Arbovirosis ini, serta menjadi lebih terbuka terhadap potensi pendekatan yang perlu kita ambil. International Arbovirus Summit Indonesia 2024 merupakan implementasi kolaborasi internasional dalam membantu negara-negara meningkatkan kesiapan, pencegahan, dan penanganan Arbovirus," demikian disampaikan Ir. Budi Gunadi Sadikin, S.Si., CHFC, CLU., Menteri Kesehatan dalam International Arbovirus Summit Indonesia 2024, di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Baca Juga: Partai Golkar Kota Yogyakarta Siap Meneruskan Tradisi Menang Pilkada
Setidaknya ada lima hal yang menjadi fokus dalam menangani penyakit menular seperti penyakit arbovirosis. Pertama, edukasi dan pelatihan bagi publik tentang bagaimana menghindari penyakit-penyakit menular. Melalui edukasi dan pemahaman yang cukup, masyarakat kita menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan dihindari, untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Kedua, yang juga menjadi kunci, adalah vektor kontrol.
"Ketiga adalah pengawasan/surveillance yang kuat. Keempat adalah vaksin, dan yang kelima adalah terapeutik, atau obat apabila ada yang terinfeksi,” jelasnya dalam Arbovirus Global Summit atau International Arbovirus Summit.
Dalam kesempatan yang sama Dr.dr. Ida Safitri Laksanawati, SpA(K), Dokter Spesialis Anak dari FKKMK Universitas Gajah Mada (UGM), menyampaikan bahwa pemberian vaksinasi untuk pencegahan Dengue dapat menjadi salah satu solusi untuk memberikan perlindungan bagi keluarga di Indonesia.
Vaksin dengue sudah tersedia di Indonesia sejak tahun 2016. Vaksin tersedia di Indonesia dapat diberikan kepada kelompok usia 6-45 tahun.
Baca Juga: Produk Unggulan Melalui Indikasi Geografis Menjadi Potensi yang Terus Dikembangkan
Vaksin Dengue telah melalui proses penelitian dan pengembangan sedemikian rupa, serta telah mendapatkan evaluasi dari otoritas kesehatan terkait, seperti BPOM, dengan hasil yang menunjukkan profil efikasi dan keamanan yang dapat diterima pada rentang usia tersebut,” jelas dr. Ida.
Sedangkan Dr. Nikki Kitikiti, Vaccine Policy, Takeda Pharmaceuticals International, mengatakan demam berdarah dengue menimbulkan beban yang signifikan bagi keluarga, sistem kesehatan, dan ekonomi.
"Mengingat DBD dapat menjangkit siapa saja, tanpa pandang bulu, penanggulangan DBD memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan kemitraan lintas-sektor yang kuat," papar Dr. Nikki.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI sampai dengan minggu ke-14 di bulan April 2024, tercatat kasus DBD di Indonesia mencapai 60.296 kasus, dengan kematian 455 kasus. Angka ini naik lebih dari dua kali lipat, dari minggu ke-17 di tahun sebelumnya (2023) yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209 kasus.
Baca Juga: Kementerian Kebudayaan