Baca Juga: Olahraga Tradisional Jemparingan Menjadi Objek Pemajuan Kebudayaan
Persoalan kesalahan penggunaan kental manis sudah mengemuka sejak tahun 2018 yang lalu, bermula dari seorang bayi berusia 9 bulan meninggal akibat gizi buruk. Pihak keluarga mengakui, sang bayi mengonsumsi kental manis sejak usia dua bulan. Dalam waktu yang nyaris bersamaan, sejumlah media melaporkan temuan balita dengan gangguan gizi dan kesehatan karena konsumsi kental manis sebagai minuman susu.
Pengaturan mengenai konsumsi, label dan promosi kental manis akhirnya diatur melalui Peraturan BPOM NO 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. Melalui regulasi tersebut, BPOM melarang penggunaan kental manis sebagai pengganti susu dan sumber gizi serta larangan penggunaan visual anak di bawah 5 tahun untuk label maupun iklan promosinya.
Terbaru, BPOM juga mengesahkan Peraturan BPOM No. 26 tahun 2021 yang mengatur tentang perubahan takaran saji. Sebelumnya, pada label kemasan per takaran saji kental manis adalah sekitar 48 gr. Dalam peraturan terbaru, BPOM mengurangi menjadi 15 – 30 gr. Namun, sosialisasi mengenai peraturan ini dinilai tidak optimal. Akibatnya, hingga saat ini masih banyak ditemukan kesalahan konsumsi kental manis yang dijadikan sebagai minuman susu untuk anak.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr. Lovely Daisy, M. K. M. mengakui salah konsumsi kental manis masih menjadi pekerjaan rumah karena kesalahan pola pikir di masyarakat sejak lama. Padahal, kental manis perlu memiliki kandungan gula yang tinggi dan tidak tepat menjadi asupan gizi anak di masa pertumbuhan.
Baca Juga: Perbaikan Perlintasan Kereta Api Dikeluhkan Masyarakat
“Masyarakat sering salah mengartikan kental manis sebagai pengganti susu. Padahal isinya sebagian besar adalah gula. Ini harus diluruskan. Kental manis bukan sumber protein,” jelas Lovely Daisy. Ia mengakui, sosialisasi penggunaan kental manis perlu lebih digencarkan lagi. Salah satu metoda yang dapat dioptimalkan adalah penyebaran informasi melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
“Kita sudah punya buku Kesehatan Ibu dan Anak atau bu KIA yang diberikan kepada ibu hamil. Buku KIA berisi informasi tentang Kesehatan ibu hamil sampai anak berusia 6 tahun. Di dalamnya juga ada informasi tentang makanan balita sejak usia 6 bulan sebagai pendamping ASI,” ujar dr. Lovely Daisy.(Ati)